Perubahan kualitatif – yang secara kasar dapat diartikan
sebagai perubahan menuju kualitas yang lebih baik – adalah tujuan utama proses
pembelajaran bagi siapa pun, di mana pun dan kapan pun. Orang yang tidak tahu
mengenai sesuatu, kemudian diajar sesuatu sehingga akhirnya ia tahu – hal
semacam ini terkadang sudah dianggap sebagai bentuk dari perubahan kualitatif
itu. Anggapan yang umum berkembang ini kemudian berlaku secara dogmatis
sehingga proses pembelajaran menjadi hanya semacam knowledge transfer. Jika seseorang yang bermula dari tidak tahu
kemudian menjadi banyak tahu itu apakah lantas telah mengalami perubahan
kualitatif?
Bagi anggapan di
atas, jelas pasti ya, tetapi bagi proses kehidupan sesungguhnya, orang itu baru
mengalami perubahan kuantitatif. Artinya, jumlah pengetahuan yang sedikit pada
awalnya, kemudian setelah berproses belajar, jumlah pengetahuannya menjadi
bertambah banyak. Sementara itu, jumlah pengetahuan yang banyak ini menjadi
tidak ada artinya dalam kehidupan sesungguhnya jika tidak diamalkan. Dan kalau
diamalkan hanya untuk kepentingan sendiri pun bisa dikata bahwa itu masih
kuantitatif atau belum sepenuhnya kualititatif, karena kehidupan mensyaratkan
perubahan terus menerus dari generasi satu ke generasi lain. Artinya, amalan
ilmu untuk persendirian itu tidak menemu makna terdalamnya ketika ia tidak
mampu mengubah generasi berikutnya.
Konsep kualitatif
dalam kehidupan nyata ini tentu saja tidak hanya sekedar kulit atau
ukuran-ukuran mati yang termaktub secara hitam di atas putih. Ia adalah
praktika sesungguhnya. Penambahan pengetahuan dalam bidang apapun yang
diperoleh dalam dunia pembelajaran yang dibentuk dalam sistem persekolahan,
belumlah mampu menjawab sepenuhnya tuntutan kualitas kehidupan. Meski
anggapannya adalah mereka mampu mengubah manusia secara kualitatif tetapi dalam
level kehidupan ia masih sekedar kuantitaif atau katakanlah hanya hampir
mendekat ke kualitatif. Nyatanya, banyak pebisnis sukses yang mampu melahirkan
pebisnis muda yang sukses pula, sedangkan mereka tidak pernah sekolah bisnis.
Banyak pekerja sukses yang bisa memberikan inspirasi bagi yang lain dan
ternyata pekerjaannya tidak sesuai dengan konsentrasi yang diambilnya semasa
studi. Di sisi lain banyak sekali yang tidak bisa apa-apa selepas dari bangunan
sekolah yang tinggi dan kemudian kerjanya hanya menunggu nasib.
Mungkin karena
itulah orang bijaksana berkata, “Belajarlah dari kehidupan.”
hahahahaha... bener juga mas
BalasHapushe he..
Hapus