Jumat, 07 April 2023

Bahagia

Kemiskinan identik dengan kekurangan. Orang merasa akan menderita hidupnya jika berada dalam kemiskinan. Oleh karena itu mereka berusaha keras lepas darinya. Ada yang berjuang sekuat tenaga dengan segala cara positif nan ambisius untuk keluar dari rumah kemiskinan. Ada juga yang berusaha selicik mungkin, termasuk perilaku kriminal baik halus maupun kasar. Dua jalan ini menuntun pada hasil yang berbeda. Ada yang sukses namun jahat, ada yang sukses tanpa perlu berbuat jahat, dan ada yang tidak berubah seberapa kuat pun ia berusaha dengan cara apapun. Ketika berada pada titik kesuksesan pun juga berbeda dalam memaknai sejarah kemiskinan yang sudah dilalui. Yang sukses karena jahat ada yang tetap jahat, ada yang jahat sekaligus berbagi, dan ada yang pelan-pelan meninggalkan kejahatan. Yang sukses tanpa kejahatan juga ada yang tetap seperti itu dan ada yang pelan-pelan justru mengarah pada kejahatan tanpa tersadari karena memperlakukan semua orang harus sama dengan dirinya dalam kerasnya berusaha. Kesuksesan ini sebenarnya sama dengan kemiskinan yang merupakan satu titik dari sebuah perjalanan. Bagaimana merawat perjalanan adalah tugas berikutnya. Tujuan akhir dari perjalanan ini adalah kebahagiaan. Satu rasa yang tak pernah bisa diukur sama antara satu orang dengan orang lain tetapi dapat ditengarai penghambatnya adalah sama. Kemilikan identik dengan kesuksesan dan tidak akan pernah berhenti secara kuantitatif untuk menjamin apa yang disebut kesuksesan. Karena tak berhenti ini, maka kemilikan akan selalu berada dalam kekurangan. Sementara kekurangan identik dengan kemiskinan. Jadi miskin dan sukses sama-sama berada dalam kekurangan dan itu jauh dari kebahagiaan. Jika kekurangan adalah penghambat kebahagiaan, maka orang perlu berada dalam kondisi tidak pernah merasakan kekurangan. Satu sifat yang bisa menetralisir keadaan ini adalah “cukup”. Dengan selalu merasa cukup, maka tidak akan ada lagi kekurangan atau bahkan kelebihan. Jadi orang miskin bisa saja bahagia jika setiap harinya merasa cukup. Demkian halnya dengan orang sukses. Ketercukupan sejatinya akan selalu bersemayam ketika keterikatan akan kemilikan terbebaskan. Dan oleh karenanya bahagia itu sederhana, namun jalan menujunya tidaklah bisa dikatakan sederhana. (++)

Purwomartani, 070423

Tidak ada komentar:

Posting Komentar