Rabu, 19 Juli 2023

Makan dan Bunyi

Sewaktu saya kecil dulu, di mana keluarga saya tergolong miskin, mendiang Ibu dan Bulik saya selalu akan marah ketika saat makan mulut saya mengeluarkan bunyi. Kata mereka itu tidak sopan, tidak nyaman didengar di telinga, bahkan saya dipersamakan dengan binatang jika mulut berbunyi ketika mengunyah. Ternyata tidak hanya sampai di situ, ketika sendok beradu dengan piring dan itu mengeluarkan bunyi, maka sontak mereka akan marah. Karena itu, tindakan makan menjadi semacam ritual yang harus dilakukan dengan hening. Namun pun demikian, ketika saya dan adik-adik saya makan terlalu pelan karena menyendoknya sedikit demi sedikit, itu pun juga kena semprot sebab laku seperti itu menandakan orang yang pelit dan jumawa karena makanannya takut habis duluan sekaligus bangga melhat makanan orang lain yang telah habis. Dengan demikian, ritual makan itu pun saya lakukan dengan hening sekaligus gegas dan oleh mereka itulah yang disebut sebagai tata kramanya orang makan. Termasuk ketika makan dalam acara pernikahan atau perhelatan di kampung, ketika semua sudah selesai dan berhenti makan, maka saya pun harus segera menghentikan makan saya. Kita tidak boleh makan ketika orang lain tidak makan, itu intinya. Jadi ada nilai penghormatan bagi orang lain dalam tindakan makan. Nilai ini saya sadari setelah dewasa dan tulisan ini saya buat ketika ada orang dewasa posisi satu setengah meter di samping saya, makan dengan kunyahan berbunyi keras dan tentu saja saya tidak mungkin berbuat seperti mendiang Ibu dan Bulik. (+)

The Capsule Malioboro, 190723

Tidak ada komentar:

Posting Komentar