Cara mengada terkadang tidak seperti apa yang dikehendaki. Butuh pembebasan diri dalam ruang dan waktu baru di mana peristiwa berlangsung dengan banyak persinggungan individu-individu tak biasa. Melalui penerimaan terbuka, kesempatan mengada memperlihatkan dirinya. Pada saat itulah kehendak mengada dapat menemukan jalannya. Memang bukan seperti kemengadaan yang biasa di mana diri diterima dan berterima atas peristiwa dalam ruang dan waktu berjalin. Pada sisi lain, ketika tiada penerimaan terbuka, maka pembebasan diri tidak akan menemukan maknanya. Ketika kemengadaan dipaksakan untuk ada, justru pada saat yang sama - jika disadari - diri berada dalam ketiadaan. Karena itu, diri akan berusaha keras untuk ada meskipun peristiwa tak bisa menyatu dengan ruang dan waktu. Berikutnya adalah perjudian. Keberadaan diri dalam keterpaksaan mengada bisa menyatu dengan ruang dan waktu melalui perubahan peristiwa atau diri menjadi semakin terasing karena kehilangan ruang dan waktu dalam jalinan peristiwa. Ketika diri pada akhirnya terasing, maka ia akan terlempar dari ruang, waktu, dan peristiwa dan tak menjadi siapapun seperti dalam kebiasaan mengada sebelumnya. Pada saat ini benar-benar terjadi, maka penerimaan terbuka harus kembali ada agar pembebasan diri terjadi sehingga kesempatan mengadapun terbuka lagi. (**)
Loko Cafe, Jogja, 100822
Tidak ada komentar:
Posting Komentar