Sabtu, 25 September 2021

Keberterimaan

Rasa keberterimaan merupakan nilai mulia dalam diri manusia. Pada nilai ini tertanam rasa syukur atas apa yang didapatkan terkait usaha yang telah dilakukan. Pada nilai ini, manusia akan selalu merasa memiliki kecukupan hidup sehingga tidak perlu menggerutu atas keadaan kurang yang ada. Karena begitu dahsyatnya rasa keberterimaan sebagai nilai, maka ia diajarkan. Bahkan, mungkin hampir di setiap kepercayaan ia ditanamkan. Semuanya demi kebaikan kehidupan manusia. Tetapi di sisi lain, seseorang dapat memanfaatkan orang lain yang memiliki rasa keberterimaan. Dengan seluruh penerimaan yang hampir mustahil melahirkan tentangan, seseorang atau organisasi atau bahkan negara dapat dengan mudah mengendalikannya. Oleh karena itu, untuk kepentingan tertentu, bisa jadi industri rasa keberterimaan ini justru diciptakan. Ia akan dihembuskan pelan dan pasti melalui ruang-ruang domestik, pendiddikan, ibadah, dan politik. Ketika segala keadaan akan diterima sebagai sebuah rasa syukur, di mana sehari makan tidak sampai 3 kali dimaknai sebagai rasa syukur karena berada dalam posisi lebih baik daripada yang tidak bisa makan, maka industri rasa keberterimaan bisa memanen produknya. Pada taraf yang demikian ini, lingkaran pemahaman absurd segera terbangun. Orang-orang dengan segala penerimaan akan dengan mudah menganggap bahwa semua berjalan sesuai kehendak alam. Tidak perlu digeuruti dan dimaki, Semua keadaan mesti disyukuri. Sementara mereka tidak pernah tahu bahwa kehendak alam bisa jadi memang sengaja diciptakan untuk terjadi. Sengaja diciptakan oleh orang-orang tertentu dengan tujuan tertentu. Namun, ketika kenyataan pada akhirnya dapat terbuka, orang-orang dengan rasa keberterimaan mungkin tetap akan mensyukuri keadaan dan menganggap bahwa yang terjadi memang semestinya terjadi dan tugas mereka hanya menjalani. Memperjuangkan hidup sudah menjadi tugas mereka, sementara kelayakan yang semestinya bisa didapatkan tetapi sengaja dihilangkan tidak pernah ada dalam kamus hidup mereka. Jika pun pernah terpikir, itu pasti hanya sementara, dan untuk selanjutnya kembali menjalani kehidupan dengan penuh rasa keberterimaan. (**)

Domas, 25/09/21

Tidak ada komentar:

Posting Komentar