Di kota-kota besar sekarang ini banyak dijumpai fenomena manusia gerobak. Orang-orang ini hidup bersama keluarga mereka di gerobak. Siang hari gerobak mereka tarik dan dorong untuk kerja, umumnya mengumpulkan barang bekas lalu menjualnya, sedangkan malam harinya gerobak digunakan untuk tidur seluruh anggota keluarga. Umumnya di saat siang, di satu titik tertentu, mereka beristirahat untuk sekedar melepas lelah atau makan siang. Biasanya ada beberapa manusia gerobak plus orang-orang yang juga mengandalkan hidup di jalan seperti pengasong makanan dan penjaja koran. Pada waktu rehat siang ini, umumnya mereka ngobrol sambil makan seadanya. Namun tidak jarang mereka hanya mengobrol santai atau tiduran di tempat ala kadarnya. Meskipun mereka sebenarnya tidak saling kenal baik namun keakraban itu muncul, seolah terjadi begitu saja.
Keakraban nan tiba-tiba ini jangan pernah diartikan sebagai sesuatu yang tak erat ikatanya. Keakraban tiba-tiba ini menyediakan solidaritas tiada tara. Ketika seseorang datang kepada mereka mendermakan makanan misalnya, tidak segan-segan mereka langsung berbagi. Bahkan ketika ada seorang atau berapa teman yang biasa mangkal dan belum muncul ketika derma itu datang, mereka langsung akan memintakan jatah kepada si penderma. Kalau seandainya jumlah makanan yang dibagi tak cukup seorang satu, mereka akan memakannya bersama-sama. Solidaritas yang ada seolah telah terbentuk lama. Padahal jelas, mereka belum tentu satu kerabat atau berasal dari kampung yang sama. Solidaritas yang ada di sini tidak memerlukan syarat apa-apa selain ada secara bersama-sama.
Mungkin, orang akan mengira bahwa keakraban tiba-tiba dan solidaritas ini muncul karena adanya persamaan nasib di antara mereka. Tentu saja hal ini hanya bersifat kira-kira, karena solidaritas antara orang yang bernasib sama sebagai orang kaya tidak mudah untuk dibentuk. Bahkan dengan berbagai paksaan pun orang-orang kaya ini terkadang menghindar. Mereka tidak dengan mudah dapat memunculkan rasa menolong sesama dalam waktu bersamaan untuk tujuan kemanusiaan. Malah, tidak jarang dijumpai pendapat yang menyatakan memberi bantuan pada gelandangan akan mendidik untuk menjadi pemalas. Pendapat ini segera mendapatkan persetujuan di antara banyak dari mereka tanpa ada penelisikan mendalam tentang sebab orang-orang menjadi gelandangan.
Keakraban tiba-tiba dan solidaritas yang muncul kuat di antara manusia gerobak dan sejenisnya menandakan kesadaran kemanusiaan mereka tetap terjaga. Hal ini tak pelak dapat melahirkan kebahagiaan yang bagi orang-orang kaya terkadang sulit untuk dicapai. Jadi memang solidaritas penanda rasa kemanusiaan itu bisa dilahirkan dan dijaga keberadaannya tanpa perlu menjadi kaya. (**)
Domas, 12 01 21
Tidak ada komentar:
Posting Komentar