Windows
adalah raksasa sistem operasi komputer selain macOS. Untuk dapat
menggunakannya, seseorang harus membeli perangkat yang di dalamnya
sudah tertanam sistem operasi tersebut. Pilihan lainnya ialah membeli
secara terpisah sistem operasi itu untuk ditanam (install) di
komputer yang dimiliki. Meski tidak bisa didapatkan dengan gratis,
kepopuleran Windows dan macOS tidak dapat disangkal. Bahkan banyak
orang mau menggunakannya meski dengan cara ilegal (bajakan). Untuk
macOS mungkin sudah terkenal istilah hackintosh di mana sistem
operasi mac dapat ditanam – dengan proses hack tentunya - di
komputer atau laptop umum. Sementara untuk Windows tidak perlu
dipertanyakan lagi karena penggunaan sistem operasi ini secara
bajakan sudah menjadi rahasia umum.
Kedigdayaan
namun sekaligus ekslusif dan mahal dari Windows dan macOS ini
menantang komunitas pengembang untuk menciptakan sistem operasi
gratis yang dapat digunakan oleh siapapun. Dari projek ini lahirlah
Linux yang diprakarsai Linus Torvalds. Linux adalah satu sistem
operasi terbuka yang bebas untuk dikembangkan oleh setiap komunitas
pengembang dan di-share secara gratis atau berbasis donasi
suka rela. Karena sifatnya yang bebas dan terbuka, Linux memiliki
ratusan versi distribusi (distro) dari para pengembang di seluruh
dunia. Kabar gembira ini seolah menjadi solusi besar bagi kebutuhan
sistem operasi komputer di dunia yang dapat digunakan siapa saja
secara resmi dan gratis. Pada mulanya memang begitu namun dalam
perkembangannya ternyata tidaklah begitu.
Linux
tidak serta-merta menjadi idola dan pilihan banyak orang meskipun
gratis. Posisi untuk menggeser sistem operasi yang sudah ada sangat
berat. Persoalan besar
pertama adalah keramahan atau kebiasaan penggunaan.
Berikutnya soal
penyebaran informasi
serta edukasi penggunaan. Selanjutnya, dan ini masih menjadi masalah
pokok adalah kemudahan koneksi dengan perangkat pendukung lain
semacam printer, scanner, kamera, dan lain sebagainya.
Para
pengembang Linux sudah berusaha sangat keras menjawab persoalan yang
ada. Instalasi dan pengoperasian yang saat ini sangat mudah,
ketersediaan aplikasi yang banyak dan gratis serta mudah untuk
ditanam atau dihapuskan, termasuk kemenarikan antarmuka pengguna
sudah dilakukan. Bahkan ada versi distribusi yang dibangun mirip
sekali dengan Windows seperti Makulu Lindoz dan ada yang mirip macOS
seperti Elementary OS. Penyebaran informasi dan edukasi melalui
pelatihan-pelatihan sudah pula dilakukan termasuk terbentuknya
komunitas pengguna di kota-kota besar. Kemudahan koneksi
antarperangkat juga semakin nyata
bahkan jika terjadi kesulitan, forum komunitas di web dapat dijadikan
ajang komunikasi untuk mengatasi persoalan. Dalam konteks ini, sudah
banyak hal yang dilakukan oleh komunitas pengembang Linux.
Namun
demikian, di dalam kenyataan, pengguna macOS dan Windows belum mau
beralih. Meskpun aplikasi di dalamnya banyak yang berbayar seperti
office suite, pengolah grafis, suara, video dan lain sebagainya -
sementara di Linux semua aplikasi itu bisa diunduh gratis - tetap
saja sebagian besar orang belum mau menjadikan Linux pilihan.
Pengguna Linux paling banyak ditengarai adalah orang yang memiliki
komputer personal atau laptop yang sudah uzur karena
banyak distro Linux menyediakan sistem operasi untuk perangkat cukup
umur dan spesifikasi rendah. Itupun tidak berlaku untuk semua orang
karena masih banyak yang tetap bertahan menggunakan Windows dan macOS
versi lama meskipun sudah tidak mendapatkan lagi dukungan dari
vendornya.
Secara
garis besar dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak semua yang bersifat
gratis itu akan menarik minat banyak orang. Dalam konteks ini,
penggunaan sistem operasi dan aplikasi tanpa lisensi justru lebih
marak dan menarik minat dibanding yang disediakan resmi dan tak
berbayar. Mungkin faktor masif, familiar serta menterengnya sistem
operasi dan aplikasi lebih menjadi pilihan daripada faktor kegunaan
dan keresmiannya. Kebanyakan orang akan memilih MS Office
dibandingkan Libre Office selain karena keumuman juga siapa yang
kenal dengan Libre Office? Kebanyakan orang akan memilih Photosop
dibanding Gimp, lebih memilih Outlook dibanding Thunderbird, lebih
memilih Adobe Reader dibanding Evince, lebih memilih MS Pad daripada
Leafpad, lebih memilih CorelDraw daripada Inkscape, lebih memilih
Adobe Premiere daripada Kdenlive, dan masih banyak lagi. Pada
akhirnya banyak orang – apapun dan bagaimanapun caranya – lebih
memilih macOS dan Windows daripada Linux. Oleh karena itu, jalan
panjang serta usaha keras untuk penggunaan masif sistem operasi dan
aplikasi gratis mesti harus ditempuh dan tentu saja tanpa henti. (*)
Domas,
25 Juni 20
Tidak ada komentar:
Posting Komentar