Kamis, 18 April 2019

Kebisaan dan Kebiasaan

Kemampuan seseorang yang disebut sebagai kompetensi diambil dari kebisaan. Dalam konteks pendidikan, kebisaan ini terdiri dari sikap, pengetahuan, dan keterampilan akan satu bidang yang menyatu. Artinya, tidak bisa ketika komponen dasar itu terpisah antara satu dengan yang lainnya. Namun, seringkali apa yang dilihat atau tampak nyata itu  saja yang dianggap sebagai kebisaan dan apa yang terlihat ini hanya ada 2 yaitu pengetahuan atau keterampilan. Dari kedua hal inilah kemudian kompetensi secara umum (apa yang berlaku kemudian bagi khalayak) dijabarkan. Artinya, ada seseorang yang berkompeten di dalam bidang gambar menggambar hanya karena dia bisa menggambar, ada yang lihai menyejarahkan soal gambar menggambar lalu kemudian disebut sebagai ahli gambar. Mungkin akan banyak penyangkalan atas penyebutan orang berkompeten yang semacam ini, namun itulah yang terjadi dan anehnya apa yang berkembang di masyarakat umum menembus masuk ke jantung pendidikan di mana jabaran sesungguhnya mengenai kompetensi ini berasal. Jadi, tidaklah mengherankan menemui sekolah yang memiliki guru seni tari namun tidak bisa menari atau hanya mampu menarikan tari tertentu saja. Tidaklah pula membingungkan ketika seorang guru bahasa asing namun tidak bisa lancer berkomunikasi menggunakan bahasa yang ia ajarkan. Semua terjadi karena pemahaman kebisaan telah membiasa ke dalam penilaian tak lengkap karena hanya dipandang dari yang tampak mata saja. Padahal, komponen utama tak tampak yang paling menentukan adalah sikap yang menentukan bagaimana orang tersebut bersikap dalam menemukan, memelihara, dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya. Jika saja seseorang  mampu memiliki pengetahuan dan keterampilann mumpuni dalam bidang tertentu namun sikapnnya tidak mendukung kedua komponen tersebut, maka kebisaannya patut untuk diragukan dalam dunia pendidikan. Kemampuan pengetahuan dan keterampilan hebat tanpa dukungann sikap itu menyerupai penjahat dalam komik-komik superhero yang piawai namun juga jahat dalam waktu bersamaan. Oleh karena itulah penilaian kebisaan seseorang berdasarkan kebiasaan atas apa yang tampak mata ini semestinya ditiadakan. Persis seperti kata bijak kuno yang menyatakan "ngelmu iku kelakone kanthi laku" dan "laku" seseorang itu merupakan penyatuan antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap. (**)

Klidon, 180419    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar