Kamis, 04 April 2019

Kemenyatuan dan Ketaksabaran

Sebuah proses kesenian atau berkarya seni yang terlingkupi semangat filosofis mesti mensyaratkan adanya kemenyatuan antara pekarya, alat, dan media sehingga produk akhirnya mengandung orisinalitas. Untuk menuju aksi semacam ini diperlukan kesabaran. Bukan hanya pada saat akan mengerjakan karya namun semenjak konsep kemenyatuan itu diterima. Ada kesadaran pentingnya pemahaman serta arti dan nilai pemahaman itu sebelum mewujud dalam tindakan. Proses berkesenian dalam kasus ini bukan merupakan tindakan seni yang utama melainkan pemahaman nilai akan seni yang menjadi semangatnya. Kepentingan produk kemudian bukan melulu pada keindahan tampilan dengan skala matematis bahkan artistik namun ada pada jiwa di mana produk itu dibentuk. Keluruhan pemahaman yang menyatu dengan tindakan sebagai akibat dari kemauan tersadari atas prinsip kemenyatuan ini menjadi lebih penting di banding rupa artistik yang ditimbulkan. Rupa artistik seringkali mengabarkan tentang benda yang indah bukan benda yang hidup dengan keindahan. Pada nilai semacami inilah kesabaran mengambil peran karena ada kebijaksanaan di dalamnya. Karena itu pula kesabaran tidak bisa diartikan sebagai tindakan diam melainkan bagian utama dari kemenyatuan yang berperan secara aktif. Bahkan, kesabaran bukan pula sekedar ketekunan yang bisa diwujudkan secara teknis-mekanis melainkan tindakan berulang sebagai proses menuju kemenyatuan itu. Kesabaran pada tataran seperti inilah yang akan menghasilkan karya berjiwa yang jelas tak bisa dihargai dengan harta benda. Namun jauh dari segala teori ataupun pengajaran akan pentingnya kesabaran, ketercapaian standar artistika menempati posisi utama. Bukan karena ketidaksadaran tetapi justru pekarya sadar sepenuhnya bahwa standar artistika jauh lebih dekat dengan harta benda. Itu semangatnya. (**)

Jakal, 0040319

Tidak ada komentar:

Posting Komentar