Senin, 27 Mei 2019

Politik Kagetan

Hiruk-pikuk politik memenuhi atmosfer kehidupan biasanya terjadi ketika proses pemilihan pemimpin politik akan, sedang, dan selepas dilakukan. Para politisi mengungkapkan pandangan, teori dan dukungannya pada tokoh tertentu yang menjadi jagonya. Semua merasa benar dan meyakinkan serta berharap orang-orang akan mengikuti pandangannya. Memang benar, inilah yang terjadi. Banyak orang kemudian mendukung sehingga munculllah kubu-kubu. Semua merasa jagoannya yang paling baik, benar, dan ideal untuk memimpin. Namun, proses politik selalu tidak berlaku sederhana sebagaimana diskusi atau debat para politisi. Pada tingkatan jauh di masyarakat, soal dukung mendukung ini pun melahirkan narasi atau teori pembelaan yang tidak kalah dahsyatnya. Bahkan sampai pada taraf saling mengejek antara satu dengan yang lain. Tidak ada kata maaf jika salah karena alasan akan segera dibuat dan didukung kubunya untuk tampil menjadi seolah-olah benar. Perdebatan ini kemudian berubah menjadi perseteruan yang meskipun tak langsung atau saling tatap muka namun seru dan panas. Berbeda memang tingkat pemaparan pandangan atau teori dalam perdebatan masyarakat ini karena mereka bukanlah ahli politik sehingga apa yang ada dalam pikiran adalah tentang keistimewaan tokoh yang didukung dan kekurangan tokoh yang tak didukung. Narasi pembelaan dan ejekan datang bertubi-tubi, silih-berganti dan secara absurd narasi ini pun justru mempengaruhi panggung debat politisi yang semestinya lebih adem serta penuh wawasan. Pada tataran yang sudah benar-benar mengharu-biru kehidupan sehari-hari muncullah orang-orang yang mewartakan dirinya sebagai yang paling tahu politik - termasuk sejarahnya -  sehingga membuatnya mendukung tokoh tertentu. Orang-orang ini tak gentar menghadapi sanggahan bahkan selalu gencar menyerang agar tokoh lain nampak kurang dan tak pantas menduduki jabatan politik tertinggi. Orang-oranng semacam ini menjadi politisi kagetan yang berpolitik hanya ketika ada pemilihan namun galaknya melebihi pelaku politik sesungguhnya. Absurdnya lagi, orang-orang semacam ini ada di semua kubu bahkan dengan sukarela mengkloning dirinya agar suaranya semakin terdengar di sosial media. Aneh, tapi itu yang terjadi  dan semua orang bersuka-cita serta lupa waspada. (**)

Klidon, 270519

Tidak ada komentar:

Posting Komentar