Teks-teks petunjuk keberhasilan bertebaran dalam kehidupan kita baik dalam bentuk buku, catatan, atau ceramah-ceramah menggugah. Semuanya merujuk pada tata cara mencapainya dengan berbagai macam jalan. Biasanya dimulai dari membangun diri dengan tidak perlu terhanyut pada posisi keberhasilan orang lain sehingga ukuran-ukuran yang akan dicapai logis dan mungkin. Pembangunan diri ini seolah menjadi standar awal untuk menuju apa yang kemudian disebut sebagai sukses. Pembangunan diri dimulai dari mengubah kebiasaan yang tak mungkin menggapai sukses menuju kebiasaan yang bisa saja mungkin menggapai sukses. Kemudian tips-tips, cara-cara, langkah-langkah meluncur dengan deras, mengganggu pikiran untuk membenarkan dan membangkitkan semangat untuk melakukannya. Ribuan atau bahkan mungkin jutaan cara tersaji melalui teks-teks menurut sudut pandang pelaku kesuksesan yang kemudian mendalilkan ulang kepada yang lain. Namun dari jutaan cara yang kesemuanya membuncahkan harapan besar, tujuan akhirnya adalah pada hitung-hitungan yang akan didapatkan seseorang bagi dirinya sendiri. Hitung-hitungan ini kemudian tak bisa lepas dari soal kuasa (posisi) dan ekonomi (kepemilikan materi). Hitung-hitungan ini karena awal mulanya dibangun dari diri sendiri, maka hasil akhirnya juga untuk diri sendiri. Orang lain hanya boleh memandangnya sebagai sebuah capaian yang gemilang. Orang lain tak bisa ikut memilikinya selain mau dan mampu mereplikasi cara-cara yang telah dilakukan itu yang juga telah menyebar ke dalam bentuk teks-teks. Sementara, bergelimang fakta mengharukan di mana seseorang dengan cara sangat sederhana mampu memberikan kedamaian batin tidak hanya pada dirinya sendiri namun juga meresap ke seluruh lingkungan tempatnya tinggal. Kedamaian yang hampir tak bisa dihitung dari segi posisi dan ekonomi, namun merasuk ke dalam hati meski keseharian hidup sederhana dan jauh dari keberlimpahan materi. Sayangnya, laku orang-orang seperti ini tak pernah bisa dihadirkan dalam teks-teks petunjuk keberhasilan yang bertebaran dalam kehidupan baik dalam bentuk buku, catatan, atau ceramah-ceramah berbayar di tempat-tempat bergengsi. Bukan karena tak bakal laku, melainkan keberhasilan yang bakal diraih tak pernah bisa dihitung dari segi posisi maupun ekonomi. Di situlah letak masalahnya. (*)
Cengkareng, 210219
Betul kita harus sukses Gan. Makasih
BalasHapusJADI ENTERPRENEUR YUK!