Banyak sekali orang memiliki gagasan terutama ketika sedang terlibat pembicaraan. Gagasan satu akan segera mendapatkan dukungan atau tentangan. Semua saling berlomba mengutarakan apa yang ada dalam pikirannya. Bahkan dalam banyak situasi pembicaraan gagasan-gagasan itu seolah-olah telah atau minimal akan mudah dilakukan. Semua yang terlibat pembicaraan berada dalam satu semangat. Ketika pada akhirnya satu gagasan disepakati, perwujudan lakunya tak semudah ketika dibicarakan. Semua yang terlibat pembicaraan tadi saling melihat dan menunggu siapa yang akan memulai aksi. Bahkan si pemilik gagasan yang disetujui belum tentu bisa segera beraksi. Pada saat ini, segala hal yang mudah untuk dibicarakan menemukan kesulitan pelaksanaan. Pada saat ini, orang-orang mulai berpikir bahwa apa yang ada dalam pembicaraan belum tentu ada dalam kenyaatan. Seseorang yang mengatakan, "nanti kita beli gelas masing-masing satu agar kita semua dapat kebagian air minum dengan ukuran sama", terdengar mudah dan sepertinya nyata. Namun secara realitas untuk membeli gelas dibutuhkan uang. Pertanyaan dalam kenyataan kemudian adalah, "apakah uangnya ada?", "siapa yang memiliki uangnya?", "bagaimana kalau iuran?", dan masih banyak lagi pertanyaan prasayarat untuk menghadirkan gelas tersebut. Pada saat inilah, pembicaraan dapat menjumpai logika namun tidak mudah bertemu realita. Ketika kenyataan tak mampu mewujudkan gagasan yang terjadi berikutnya adalah alasan-alasan yang dikemukakan dalam pembicaraan sebagai akibat tak terwujudnya gagasan. Alasan-alasan ini kemudian menjadi bahan dasar pembicaraan yang pada akhirnya juga akan melahirkan gagasan yang juga tidak mudah untuk di-nyata-kan. Demikian seterusnya sampai mereka masing-masing saling malas untuk berbicara. (**)
Green Belt, 160219
Tidak ada komentar:
Posting Komentar