Problematika politik sangat menarik untuk dibicarakan atau diperdebatkan. Masing-masing orang punya pandangan atau sikap yang sering diagungkan sebagai ideologi. Satu nilai luhur yang bermula dari pikiran yang dipegang kebenarannya untuk diterapkan demi keberlangsungan sebuah bangsa atau negara. Ideologi dengan demikian adalah sesuatu yang baik yang perlu dipertahankan dengan segenap perjuangan. Namun dewasa ini, panggung politik tak lagi hadir dalam debat ideologis yang bernas melainkan pada kesalingbelaan tokoh yang dipatronkan. Patron yang semestinya ideologis ini seringkali justru terjebak pada mitosisasi. Artinya, perjuangan, pembelaan, dan keberpihakan tokoh pada jalan kebenaran untuk bangsa dan negara seringkali hanya berupa citraan semata. Citraan ini sengaja dibuat dan dimitoskan seolah-olah memang kehadiran tokoh itu diperlukan dan apa yang telah diperbuat adalah sebuah keluhuran karena memenuhi kewajiban atas hidup orang banyak. Citraan ini bukan satu hal yang jelek ketika tidak kemudian dibela mati-matian oleh para pendukungnya. Sebuah citra bisa saja hadir tidak sempurna dan pada posisi inilah semestinya semua orang mengingatkan agar kesempurnaan citraan benar-benar nyata. Namun bukan itu yang terjadi, citraan yang tak sempurna coba dihapus dengan citraan baru demikian seterusnya. Di sisi lain, orang-orang yang berseberangan juga membangun citraan yang juga belum tentu sempurna namun senantiasa dibela. Para pembela citra ini kemudian berdebat di dunia maya melalui teks-teks yang seringkali provokatif, emosional dan jauh dari kebernasan. Masing-masing pembela memproduksi teks untuk saling membenarkan citra yang dibela atau untuk menyerang yang tidak membela. Masing-masing saling berbalas teks namun pada saat yang sama tidak saling membaca. Hasil akhir dari ini adalah lalu lintas komunikasi melalui teks yang sangat sulit ditemukan kebenarannya. Akhirnya, teks juga menjadi bagian dari citra. Bahkan bagian utama.
Hong Kong, 311218
Tidak ada komentar:
Posting Komentar