Kamis, 22 November 2018

Heran dan Ukuran

Setiap orang memiliki ukuran atas baik-buruknya sebuah produk. Namun tidak kemudian ukuran ini menjadi benar semata ketika dicermati. Kebenaran ukuran itu kadang-kadang tercipta karena pengalaman bersama atas amatan tentang produk tertentu. Pengalaman bersama ini kemudian menjadi ukuran di antara mereka sendiri dalam menentukan produk itu baik atau buruk. Ukuran berdasar pengalaman ini bisa menyebar ke dalam kumpulan-kumpulan melalui teknologi komunikasi alamiah, "gethok tular". Orang-orang yang telah memiliki ukuran bersama ini mencoba mempengaruhi orang atau kumpulan orang lain untuk menyepakati apa yang telah mereka sepakati sebagai sebuah ukuran. Ketika orang lain bersetuju, maka jangkauan ukuran ini menjadi lebar. Ketika kondisi ini berlangsung bertahun-tahun, maka tidak bisa dipungkiri lagi bahwa ukuran itu telah membudaya di ruang lingkup masyarakatnya. Semua orang menggunakan ukuran itu untuk menyatakan satu produk sebagai baik atau buruk. Padahal jika ditinjau ulang dari sejarah terciptanya ukuran itu bisa saja terjadi karena pengalaman bersama atas amatan sebuah produk itu menghasilkan keheranan dan keheranan ini kemudian menjadi penilaian "baik". Seperti misalnya, rombongan orang yang heran atau takjub menyaksikan kepiawaian temannya dalam menari atau bermusik. Mereka tidak menyangka bahwa temannya bisa melakukan itu. Ketidaksangkaan ini lah yang disebut sebagai keheranan yang berubah menjadi ketakjuban lalu bermetamorfosis menjadi nilai "baik". Mereka kemudian menilai tampilan teman mereka sebagai, "baik" meskipun sebenarnya hal ini lahir dari rasa heran saja. Karena ada nilai "baik" ini, maka dengan sendiri mereka telah merumuskan nilai "jelek" sebagai lawannya. Jika amatan bersama atas dasar rasa heran ini kemudian membudaya, maka bisa diperkirakan bahwa kualitas sesungguhnya sebuah produk yang mereka amati itu. Sangat bisa kualitas produk itu jauh dari nilai "baik" secara ideal. Namun, penyematan nilai secara bersama atas dasar rasa heran yang menahun itu telah terlanjur menjadi ukuran dan ukuran ini pun pada akhirnya mengandung keakuan. Jika sudah demikian, maka nilai "baik" sejati tersembunyi dalam kedangkalan pengalaman, menunggu waktu tersingkap oleh kesadaran yang tak lagi menyertakan keakuan. (**)

Kuta, Bali 221118

Tidak ada komentar:

Posting Komentar