Pengabdian pernah dielu-elukan pada satu masa. Orang yang berada dalam lingkup kerja ini menjadi patron untuk diikuti. Tidak sembarang orang mau dan mampu menjadi pengabdi karena bukan hanya kompetensi yang mesti dimiliki namun juga rasa kemanusiaan yang tinggi. Rasa untuk berbagi. Rasa untuk memberi sebagai tanggung jawab melekat atas profesi. Pada masa ini, kuantitas materi bukan merupakan soal meski tentu saja dibutuhkan. Karena itulah, orang-orang ini dianggap istimewa oleh khalayak karena makna pengabdian yang diembannya. Kegembiraan memberi membangkitkan penghargaan. Memberi bukan hanya dalam kapasitas tugas atau kerja namun dengan segala konsekuensi rasa dan jiwa. Artinya, orang-orang ini mau mengorbankan diri dan keluarga demi untuk membagi kebisaannya kepada orang lain sampai tuntas. Akan tetapi, lambat-laun, masa ini tergerus dengan pembendaan segala apa yang ada karena tuntutan tak terbendung akan kepemilikan. Tuntutan ini sengaja diciptakan oleh tangan tak terlihat yang berujung pada keuntungan seseorang atas orang lain. Jiwa kepemilikan dibentuk dari iming-iming kebahagiaan semu atas benda ciptaan. Kebahagiaan didapat ketika tidak semua orang bisa memiliki benda itu atau ketika kita menjadi sama dengan orang lain karena memiliki benda yang sama. Kebahagiaan semua ini lama kelamaan menjadi kenyataan yang menghampiri setiap orang, termasuk para pengabdi. Pada akhirnya para pengabdi mengikuti arus karena tuntutan keluarga atau kerabat yang merasa berhak sama dengan orang-orang pemilik benda. Pada akhirnya para pengabdi mengubah sifatnya menjadi pekerja. Tindak memberi bukan lagi menjadi tujuan utama melainkan keharusan mendapat itu yang lebih penting. Semuanya kemudian berubah menjadi hitung-hitungan di mana apa yang dikeluarkan harus mendapat imbalan setimpal bahkan lebih. Untuk mewujudkan hal ini terkadang para pengabdi lupa diri pada makna pengabdian yang selama ini diemban. Pelupaan makna ini mengubah pengabdian menjadi kekejaman di mana tindak memberi kebahagiaan berubah menjadi perolehan kebahagiaan materi untuk diri sendiri. Tidak ada lagi orang lain dalam hal ini. Dunia adalah diri sendiri.
Klidon, 240918
Klidon, 240918
Tidak ada komentar:
Posting Komentar