Sabtu, 17 Februari 2018

Pergi Rehat

Perjalanan selalu tidak bisa persis dengan perencanaan. Ada saja agenda tambahan atau penyesuaian. Banyak faktor mempengaruhi. Waktu yang tersedia kurang lama atau sebaliknya. Dana tidak mencukupi. Rencana yang dibuat terlalu ketat sehingga tidak memungkinkan untuk berimprovisasi. Dari semua perubahan itu yang paling tidak mengenakkan adalah hal tak terduga serta di saat yang sama tidak menyediakan pilihan. Seperti misalnya pembatalan tiket keberangkatan karena satu dan lain hal di saat menjelang hari H. Sementara semua keperluan telah dipersiapkan dan kita berada di salah satu kota rangkaian tujuan untuk transit. Akhirnya waktu berada di kota transit diperpanjang karena kepergian ke kota lain tidaklah memungkinkan. Di sinilah kesadaran tentang ketakpastian itu diperlukan. Hal-hal yang tak pasti seringkali menimbulkan kejengkelan namun juga meletupkan semangat untuk melakukan sesutau. Dari segala sesuatu yang bisa dikerjakan. Tidur atau beristirahat adalah pilihan paling bijaksana. Perjalanan bisa saja menambah pengetahuan, pengalaman fisik, pikiran dan jiwa. Namun istirahat pun juga demikian sifatnya, meski dalam bentuk lain. Tubuh atau diri perlu ditenangkan, perlu diperhatikan. Mungkin ketika bekerja justru hal ini terlupakan. Merehatkan tubuh dalam makna tertentu justru dapat menyegarkan kembali pikiran. Jadi bepergian dengan tidak mengerjakan apapun itu sesungguhnya adalah sesuatu. (**)

Stasiun Gubeng, 17-02-18

Tidak ada komentar:

Posting Komentar