Perjalanan selalu tidak bisa persis dengan
perencanaan. Ada saja agenda tambahan atau penyesuaian. Banyak faktor mempengaruhi.
Waktu yang tersedia kurang lama atau sebaliknya. Dana tidak mencukupi. Rencana
yang dibuat terlalu ketat sehingga tidak memungkinkan untuk berimprovisasi. Dari
semua perubahan itu yang paling tidak mengenakkan adalah hal tak terduga serta
di saat yang sama tidak menyediakan pilihan. Seperti misalnya pembatalan tiket
keberangkatan karena satu dan lain hal di saat menjelang hari H. Sementara
semua keperluan telah dipersiapkan dan kita berada di salah satu kota rangkaian
tujuan untuk transit. Akhirnya waktu berada di kota transit diperpanjang karena
kepergian ke kota lain tidaklah memungkinkan. Di sinilah kesadaran tentang
ketakpastian itu diperlukan. Hal-hal yang tak pasti seringkali menimbulkan
kejengkelan namun juga meletupkan semangat untuk melakukan sesutau. Dari segala
sesuatu yang bisa dikerjakan. Tidur atau beristirahat adalah pilihan paling
bijaksana. Perjalanan bisa saja menambah pengetahuan, pengalaman fisik, pikiran
dan jiwa. Namun istirahat pun juga demikian sifatnya, meski dalam bentuk lain. Tubuh
atau diri perlu ditenangkan, perlu diperhatikan. Mungkin ketika bekerja justru
hal ini terlupakan. Merehatkan tubuh dalam makna tertentu justru dapat
menyegarkan kembali pikiran. Jadi bepergian dengan tidak mengerjakan apapun itu
sesungguhnya adalah sesuatu. (**)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar