Sabtu, 17 Februari 2018

Kritik Membangun

Kritik telah lama mendiami makna yang kurang mengenakkan karena “hanya” dianggap sebagai kecaman. Setiap orang kemudian mencoba menghindari kritik ketika berbuat atau berkarya. Setiap orang akan menganggap kritik yang dilontarkan adalah cibiran, ejekan, dan semesta anggapan merendahkan lainnya. Dalam dunia kesenian, kritik ini menjadi momok menakutkan sehingga setiap seniman dalam mengeluarkan karyanya selalu sudah membentengi dirinya akan kritik yang bakalan muncul. Kritik atas karya seniman ini terjadi karena memang dibuka forum untuk itu pada saat eksibisi atau pementasan. Kondisi semacam ini bisa dan mungkin terjadi karena kritik dapat dilontarkan oleh siapapun. Bahkan oleh seseorang yang bukan berprofesi sebagai kritikus di bidang yang dikritisi. Hal yang sama juga terjadi pada Negara dimana kritik berhamburan dengan bebasnya. Ini tentu saja membuat bergidik bagi yang tersangkut. Karena hampir semua celah dapat dilihat dan menjadi objek kritik. Apalagi saluran kritik itu benar-benar telah menemukan medianya dewasa ini. Orang bisa membuat akun dan akun itu seolah saluran pribadinya yang bisa disebar kemana-mana. Karena saking tajam dan berkali-kali datangnya kritik ini, maka dimunculkan istilah “kritik membangun”. Jadi kemudian dikumandangkanlah jenis kritik ini sebagai kritik baik dan kritik lainnya sebagai yang tidak baik dan pantas untuk diantisipasi atau dicekal bila perlu. Orang-orang besuka cita atas istilah ini, terutama pemilik wewenang yang terbiasa terkena kritik. Istilah in kemudian meledak seperti petasan di Hari Raya. Di mana-mana dibunyikan. Padahal, esensi kritik itu jelaslah membangun tanpa perlu tambahan kata “membangun”. Fungsi esensial kritik adalah menemukan kekurangan atau kelemahan atas apa yang dibuat, disajikan, dikomunikasikan, dilakukan, dan dianggarkan. Karena ia menemukan kelemahan dan atau kekurangan maka ia menyadarkan. Atas kesadaran yang tertemukan inilah kemudian langkah perbaikan dilakukan. Demikian semestinya. Namun, karena sejarah kritik telah mengerami makna kecaman atau cibiran yang merendahkan, maka tidak ada lagi beda di antaranya. Inilah yang terjadi dan sulit terpahami. (**)

Surabaya, 17-02-18

Tidak ada komentar:

Posting Komentar