Kritik telah lama mendiami makna yang
kurang mengenakkan karena “hanya” dianggap sebagai kecaman. Setiap orang kemudian
mencoba menghindari kritik ketika berbuat atau berkarya. Setiap orang akan
menganggap kritik yang dilontarkan adalah cibiran, ejekan, dan semesta anggapan
merendahkan lainnya. Dalam dunia kesenian, kritik ini menjadi momok menakutkan
sehingga setiap seniman dalam mengeluarkan karyanya selalu sudah membentengi dirinya
akan kritik yang bakalan muncul. Kritik atas karya seniman ini terjadi karena
memang dibuka forum untuk itu pada saat eksibisi atau pementasan. Kondisi
semacam ini bisa dan mungkin terjadi karena kritik dapat dilontarkan oleh siapapun.
Bahkan oleh seseorang yang bukan berprofesi sebagai kritikus di bidang yang dikritisi.
Hal yang sama juga terjadi pada Negara dimana kritik berhamburan dengan
bebasnya. Ini tentu saja membuat bergidik bagi yang tersangkut. Karena hampir
semua celah dapat dilihat dan menjadi objek kritik. Apalagi saluran kritik itu
benar-benar telah menemukan medianya dewasa ini. Orang bisa membuat akun dan
akun itu seolah saluran pribadinya yang bisa disebar kemana-mana. Karena saking
tajam dan berkali-kali datangnya kritik ini, maka dimunculkan istilah “kritik
membangun”. Jadi kemudian dikumandangkanlah jenis kritik ini sebagai kritik
baik dan kritik lainnya sebagai yang tidak baik dan pantas untuk diantisipasi
atau dicekal bila perlu. Orang-orang besuka cita atas istilah ini, terutama
pemilik wewenang yang terbiasa terkena kritik. Istilah in kemudian meledak seperti
petasan di Hari Raya. Di mana-mana dibunyikan. Padahal, esensi kritik itu
jelaslah membangun tanpa perlu tambahan kata “membangun”. Fungsi esensial
kritik adalah menemukan kekurangan atau kelemahan atas apa yang dibuat, disajikan,
dikomunikasikan, dilakukan, dan dianggarkan. Karena ia menemukan kelemahan dan
atau kekurangan maka ia menyadarkan. Atas kesadaran yang tertemukan inilah
kemudian langkah perbaikan dilakukan. Demikian semestinya. Namun, karena
sejarah kritik telah mengerami makna kecaman atau cibiran yang merendahkan,
maka tidak ada lagi beda di antaranya. Inilah yang terjadi dan sulit terpahami.
(**)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar