Kamis, 15 Februari 2018

Kota dan Imajinasi

Berkunjung ke satu kota baru selalu menghela pengamatan dan pikiran untuk bekerja. Sadar atau tidak. Sifat keingintahuan mendadak muncul dan memaksakan mata mengamati. Menyerap berbagai objek dan mengirimkannya ke dalam pikiran. Ada yang terserap secara wantah dan utuh. Akan tetapi ada pula yang melalui asimiliasi. Pikiran menjadi bekerja dengan sendirinya. Mereka ulang objek-objek amatan menjadi bentuk-bentuk baru yang diinginkan. Benda-benda di kota menjadi imajinasi, akan kelanjutan riwayatnya. Gerak manusianya lesap ke dalam ruang dan waktu baru. Mempengaruhi kecepatan, mengubah ketetapan. Apa saja yang ada di kota kemudian tak lagi soal fakta. Apa saja itu lalu menjadi rencana. Meski tak mengharap atas perwujuan nyata, namun gambaran yang akan itu sering melenakan. Kota menjadi menarik dalam bayangan masa depannya. Terlebih lagi pada perjalanan waktu yang telah dilalui sebuah kota. Bayang-bayang saling berselinap dalam pikiran. Menetapkan atau mengubah wujud kota ke dalam masa lalu. Bukan soal waktu karena jelas tidak diketahui secara pasti, namun soal rangkaian gambar gerak yang terjalin akibat amatan. Antara yang akan dan yang telah sama-sama indah. Kota-kota itu berada dalam kondisi idealnya karena bayangan adalah cermin pemikirnya. Ketika kembali pada kondisi kota secara nyata, keindahan itu masih ada yang tertinggal dan ada pula yang sirna. Yang tertinggal tetap menjadi nyata dan yang sirna terganti imajinasi. Berkunjung ke satu kota akan melahirkan lanskap imajinatif atas kota itu. Perpaduan keduanya adalah gairah hidup sejalan ruang dan waktu. (**)

Gresik, 15-02-18

Tidak ada komentar:

Posting Komentar