Ketika role model nyata dalam kehidupan semakin langka, anak-anak mencarinya melalui dunia maya. Apakah itu televisi atau perangkat pemancar gambar-suara lainnya. Baik lewat film, opera sabun, kartun, acara musik, atau showbiz yang lain. Gambaran-gambaran atau peristiwa indah yang disajikan menghujam pikiran untuk melahirkan keinginan. Namun dalam gencarnya acara di media tanpa saringan edukasi ketat, keinginan itu hanya sebatas ingin yang instan. Anak-anak tak memahami dengan baik bahwa untuk menjadi kaya orang-orang harus berusaha keras dalam hidupnya untuk kurun waktu yang lama. Bahwa untuk menjadi orang sukses dibutuhkan pembelajaran baik melalui sekolah dan hidup yang tidaklah gampang dan sebentar. Bahwa untuk tampil cantik-ganteng, mengendarai motor atau mobil, bepergian dan selalu makan enak itu ada darah dan keringat yang dikucurkan. Ada harga yang harus dibayar. Tapi logika acara di media yang hanya tampil 1 sampai 2 atau 4 jam itu seolah menyajikan perubahan serta-merta atas nasib seseorang. Gambaran-gambaran serba indah nan mengenakkan dalam sesaat waktu namun mampir setiap hari ini membuncahkan impian-impian untuk mencapainya dalam waktu sesaat pula. Ketika di hadapkan pada kenyataan hidup yang jauh berbeda prosesnya, mereka berontak tak terima. Mereka tidak mau memahami proses panjang perjalanan hidup untuk meraih semua yang diinginkannya. Lalu, sama seperti perjalanan waktu di televisi, mereka pun menyingkatnya. Jalan pintas mereka ambil untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Tidak peduli apakah untuk itu mereka harus berkelahi dengan saudara dan orang tua atau mesti merugikan orang lain. Sayang, mereka tidak tahu bahwa ketika pada akhirnya keinginan itu terpenuhi tidak ada orang yang kagum sebagaimana para penonton di televisi. Mereka bisa saja bangga, namun di saat yang sama kosong. (**)
Domas, 17-12-17
Tidak ada komentar:
Posting Komentar