Senin, 05 September 2016

Wisata Pernah




Kegiatan berwisata secara umum dipandang sebagai satu kewajiban yang harus dilakukan bagi manusia. Berwisata secara sederhana adalah meluangkan waktu yang dimiliki untuk melepaskan diri dari rutinitas. Bentuknya bisa bermacam-macam mulai dari jalan-jalan, makan-makan, sampai bepergian jauh ke tempat-tempat tertentu. Orang-orang kebanyakan yang tidak punya banyak kesempatan dan sederhana secara pendapatan, tidak bisa sering berwisata. Paling-paling sekali atau dua kali setahun dan itu pun tidak bisa jauh dari kota tempat ia tinggal. Bahkan mungkin hanya pada perayaan-perayaan tertentu yang diselenggarakan di kota tempat tinggalnya saja.

Berbeda dengan golongan menengah ke atas, di mana wisata itu benar-benar terencana baik ketersediaan dan lamanya waktu, tempat, kegiatan dan dananya. Agenda yang bagi orang minim ekonomi sudah dianggap berwisata, bagi golongan menengah ke atas ini masih merupakan rutinitas sampingan. Oleh karenanya, makna berwisata itu menjadi sangat berbeda bagi mereka. Berwisata itu harus istimewa, tempat kunjungannya jauh-jauh, berbeda-beda dan banyak ragam atraksi wisatanya. Tentu saja hal ini sangat menggiurkan dan terbawa sampai ke dalam mimpi oleh si minim ekonomi itu.

Karena saking mempesonanya makna wisata menengah ke atas itu, maka banyak orang kepingin bisa melakukannya, kepingin bisa berkunjung ke tempat yang jauh-jauh dengan berbagai macam atraksinya. Segala daya dan upaya dikerahkan oleh orang-orang ini demi mencapai tujuan tersebut. Pada akhirnya memang tersampailah maksud tersebut karena banyaknya fasilitas ekonomis yang ditawarkan dalam paket-paket wisata ke tempat-tempat jauh itu.

Akan tetapi, maknanya kemudian bergeser. Dengan segenap keterbatasan dana yang dimiliki dari hasil mengumpulkan sedikit demi sedikit sehingga mengharuskan waktu kunjungan yang singkat dengan lokasi sebanyak mungkin. Lalu yang terjadi kemudian adalah "wisata pernah" di mana atraksi dan lama waktu itu tidak penting, makna dan kualitas itu tidak penting karena yang paling penting adalah "pernah" berkunjung atau berada di lokasi wisata atau daerah, kota, negara yang jauh-jauh itu. Kaum "wisata pernah" ini semakin hari semakin bertumbuhan dan membangun sejarah hidupnya sendiri dengan segala keyakinan dan kebanggaannya. Bagi mereka, hidup akan nampak semakin berwarna dan berasa dengan "wisata pernah". Tidak peduli apa maknanya, apa filsafatnya, apa keuntungan psikologisnya. Yang penting adalah "pernah". Hidup pernah!!


Eko Ompong, Kuala Lumpur, 21 Mei 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar