Kalau sedang diserang penyakit, maka tubuh dengan
sendirinya akan memunculkan kekebalan. Hanya saja ia tidak dibarengi kesadaran
psikologis yang seringnya justru berlawanan. Kesadaran psikologis membawa tubuh
pada rasa penerimaan atas sakit itu. Rasa penerimaan itu sebenarnya merupakan
keterpaksaan karena tiada daya untuk melawan. Ini membawa konsekuensi bahwa
pada akhirnya penyakit itu berkuasa atas tubuh. Ketika tubuh pada puncaknya tak
kuasa menahan derita atas akibat penyakit, kesadaran mengarahkan pada usaha
perlawanan yang bersumber dari luar tubuh.
Usaha semacam ini memang sekilas nampak sangat baik.
Tetapi sesungguhnya itu membawa pengaruh yang kurang baik bagi tubuh, sebab
alamiahnya terganggu. Tubuh kemudian diharuskan berkompromi, berinteraksi, dan
dipaksa menerima tawaran yang tidak bisa ditolaknya. Jika tubuh tidak bisa
menerima unsur luar tersebut, maka penderitaan atau rasa sakit yang baru harus
ia terima. Ini tentu saja tidak baik. Namun jika unsur luar itu bisa saling
berinteraksi dan kemudian bekerjasama mengusir penyakit sesungguhnya, ini pun
juga tidak baik bagi tubuh.
Sebab kemudian ia akan selalu mengharapkan kehadiran
unsur itu ketika penyakit yang sama kembali datang di lain waktu. Tubuh yang
semestinya memiliki kekebalan dan perlindungan alami itu menjadi tergantung
pada unsur lain yang berasal dari luar dirinya. Ketika hal ini sering
dirberlakukan, maka perlindungan alami itu pada akhirnya sirna. Dan ketika itu
terjadi, maka tubuh benar-benar dalam kondisi derita, baik dengan atau tanpa
adanya penyakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar