Senin, 05 September 2016

Penindasan dan Sejarah

Manusia adalah makhluk beradab. Ia berada pada kasta tertinggi hierarki makhluk bumi. Tugas mulianya ialah menjaga kelangsungan hidup alam semesta. Sebagai manusia yang dikatakan makhluk berbudi, sangat tidak diperbolehkan melakukan penindasan pada manusia lain dalam bentuk apapun. Jika tindakan itu dilakukan, tentu saja segenap penilaian buruk akan dialamatkan dan bahkan hukuman telah disediakan.

Manusia tinggal dan hidup terbatas ruang waktu. Ia melakoni riwayatnya dari bayi hingga tua dan meninggal. Di dalam riwayat itu, banyak sekali peristiwa yang dilalui. Karena kodrat waktu berjalan maju dan manusia memiliki memori, maka hal-hal yang telah lalu pun tetap teringat. Bukan sekedar peristiwa, melainkan juga perasaan dan nilai-nilai. Inilah yang terkadang jadi pangkal soalnya, nilai dan perasaan dari peristiwa yang dilalui adalah beban bagi perjalanan hidup berikutnya. Entah itu baik atau buruk, kesemuanya adalah beban.

Nilai baik membawa konsekuensi untuk mempertahankan, sebab penurunan nilai adalah sesuatu yang buruk dan tidak ada yang mau menerima hal buruk semacam ini. Untuk itu, segala macam daya dan usaha dilakukan demi mendapat dan mempertahankan nilai baik tersebut. Nilai baik itu kemudian menjadi beban yang dalam lama waktu akan menindas diri. Ketika hal ini terjadi, maka tak ada lagi peduli pada bentuk usaha yang dilakukan untuk mempertahankan nilai baik tersebut, bahkan ketika usaha itu termasuk menindas orang lain.

Jika sejarah nilai baik pada diri sendiri saja dapat mengarahkan pada laku penindasan, apalagi nilai buruk. Oleh karena waktu melaju ke depan dan sejarah berpotensi menindas, maka hiduplah untuk masa depan. Lupakan sejarah. Atau buatlah terus sejarah tanpa harus menengok dan tinggal sementara dalam salah satu kurun sejarah.


Eko Ompong, Selat Sunda, 4 Mei 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar