Manusia adalah makhluk beradab. Ia berada pada kasta
tertinggi hierarki makhluk bumi. Tugas mulianya ialah menjaga kelangsungan
hidup alam semesta. Sebagai manusia yang dikatakan makhluk berbudi, sangat
tidak diperbolehkan melakukan penindasan pada manusia lain dalam bentuk apapun.
Jika tindakan itu dilakukan, tentu saja segenap penilaian buruk akan
dialamatkan dan bahkan hukuman telah disediakan.
Manusia
tinggal dan hidup terbatas ruang waktu. Ia melakoni riwayatnya dari bayi hingga
tua dan meninggal. Di dalam riwayat itu, banyak sekali peristiwa yang dilalui.
Karena kodrat waktu berjalan maju dan manusia memiliki memori, maka hal-hal
yang telah lalu pun tetap teringat. Bukan sekedar peristiwa, melainkan juga perasaan
dan nilai-nilai. Inilah yang terkadang jadi pangkal soalnya, nilai dan perasaan
dari peristiwa yang dilalui adalah beban bagi perjalanan hidup berikutnya.
Entah itu baik atau buruk, kesemuanya adalah beban.
Nilai baik
membawa konsekuensi untuk mempertahankan, sebab penurunan nilai adalah sesuatu
yang buruk dan tidak ada yang mau menerima hal buruk semacam ini. Untuk itu,
segala macam daya dan usaha dilakukan demi mendapat dan mempertahankan nilai
baik tersebut. Nilai baik itu kemudian menjadi beban yang dalam lama waktu akan
menindas diri. Ketika hal ini terjadi, maka tak ada lagi peduli pada bentuk
usaha yang dilakukan untuk mempertahankan nilai baik tersebut, bahkan ketika
usaha itu termasuk menindas orang lain.
Jika sejarah
nilai baik pada diri sendiri saja dapat mengarahkan pada laku penindasan,
apalagi nilai buruk. Oleh karena waktu melaju ke depan dan sejarah berpotensi
menindas, maka hiduplah untuk masa depan. Lupakan sejarah. Atau buatlah terus
sejarah tanpa harus menengok dan tinggal sementara dalam salah satu kurun
sejarah.
Eko Ompong, Selat Sunda, 4 Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar