Kamis, 01 September 2016

Rumah Kebinatangan



Rumah adalah tempat tinggal manusia. Darah, keringat, dan air mata dikucurkan untuk mendapatkan dan mempertahankannya. Ada yang sampai tega dengan keluarganya sendiri, mengorbankan kerukunan dan menyisihkan kemanusiaan. Semua dilakukan demi rumah. Ia lantas menjadi identitas, menjelma dalam keakuan, bermetamorfosa ke bentuk eksistensi. Manusia yang tak memilikinya menjadi tiada harga dan hadir seolah tanpa diri. Secara gamblang terlihat dari kacamata filsafati, rumah adalah dunia.

Ia hadir sebagai pembeda antara manusia dan binatang yang hanya pantas mendapatkan kandang. Ia adalah bagai bumi, langit, dan seisinya. Tempat hidup mula dan henti. Segala doa dan puji dipanjatkan dari dalamnya. Rumah adalah sorga.

Atas segala nilai yang hinggap dan tertanam di dalamnya, rumah adalah keniscayaan hidup. Ia mengubah dari yang sekedar ada menjadi sejati. Setiap manusia harus memilikinya. Demi hidup yang lebih berarti. Demi dunia dalam genggamannya. Rumah bukan hanya sekedar tempat tinggal seperti halnya hewan di dalam kandang. Rumah adalah nilai-nilai kemanusiaan yang merasuk dalam diri selama hidup. Ia pantas diperjuangkan, didapatkan, dipertahankan, dan dimiliki. Apapun dan bagaimanapun caranya rumah harus menjadi diri. Mutlak. Meski untuk itu  perlu perjuangan panjang dan melelahkan. Meski untuk itu perlu bertega diri dengan yang lain. Meski untuk itu perlu membinatangkan diri dengan membunuh manusia lain. Rumah adalah tempat berjuta nilai, termasuk nilai kebinatangan dalam usaha mendapatkannya.

 
Eko Ompong, Singapura, 11 Januari 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar