Rumah adalah tempat
tinggal manusia. Darah, keringat, dan air mata dikucurkan untuk mendapatkan dan
mempertahankannya. Ada yang sampai tega dengan keluarganya sendiri,
mengorbankan kerukunan dan menyisihkan kemanusiaan. Semua dilakukan demi rumah.
Ia lantas menjadi identitas, menjelma dalam keakuan, bermetamorfosa ke bentuk
eksistensi. Manusia yang tak memilikinya menjadi tiada harga dan hadir seolah
tanpa diri. Secara gamblang terlihat dari kacamata filsafati, rumah adalah
dunia.
Ia hadir sebagai
pembeda antara manusia dan binatang yang hanya pantas mendapatkan kandang. Ia
adalah bagai bumi, langit, dan seisinya. Tempat hidup mula dan henti. Segala
doa dan puji dipanjatkan dari dalamnya. Rumah adalah sorga.
Atas segala nilai
yang hinggap dan tertanam di dalamnya, rumah adalah keniscayaan hidup. Ia
mengubah dari yang sekedar ada menjadi sejati. Setiap manusia harus
memilikinya. Demi hidup yang lebih berarti. Demi dunia dalam genggamannya. Rumah
bukan hanya sekedar tempat tinggal seperti halnya hewan di dalam kandang. Rumah
adalah nilai-nilai kemanusiaan yang merasuk dalam diri selama hidup. Ia pantas
diperjuangkan, didapatkan, dipertahankan, dan dimiliki. Apapun dan bagaimanapun
caranya rumah harus menjadi diri. Mutlak. Meski untuk itu perlu perjuangan panjang dan melelahkan.
Meski untuk itu perlu bertega diri dengan yang lain. Meski untuk itu perlu
membinatangkan diri dengan membunuh manusia lain. Rumah adalah tempat berjuta
nilai, termasuk nilai kebinatangan dalam usaha mendapatkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar