Pergi
pertama kali ke suatu tempat yang dianggap indah oleh banyak orang pastilah
menyenangkan. Jauh sebelum keberangkatan sudah tergambarlah di pikiran
bagaimana suasana nantinya. Perasaan gembira dan ketidaksabaran akan datangnya
saat pergi menghiasi perasaan. Umbar kata sebagai bentuk pengumuman terlontar
pada orang-orang dekat. Lagak tanya juga mungkin tergulir, bukan demi jawaban
tetapi sekedar pemberitahuan bahwa ia akan menuju ke tempat itu. Intinya, rasa
bahagia akan pergi pertama kali ke tempat yang indah itu tersampaikan pada
siapa saja. Semua dilontarkan dengan penuh kebanggaan.
Tetapi,
kodrat kehidupan sering berlaku tak seperti yang didugakan. Gambaran dan
bayangan dalam pikiran sering tak seperti kenyataan. Foto pikiran sering lebih
indah dari warna aslinya. Hal semacam ini sering tidak disadari. Ketika
benar-benar terjadi pada kepergian pertama kali itu, rasa bangga yang sudah
kuat terbangun tiba-tiba jadi runtuh. Apa yang diharapkan ternyata jauh dari
gambaran. Tempat yang indah menurut tutur banyak orang itu ternyata tidak
demikian adanya. Jika ini benar-benar teralami, maka kemudian laku membangun
suasana bahagia di tempat itu harus dimulai. Intinya adalah berusaha mencoba
untuk mengindah-indahkan tempat yang kenyataannya kurang indah itu. Patronnya
adalah gambaran dalam pikiran yang semua telah dibangun berdasar anggapan
banyak orang itu.
Usaha ini
bisa saja berhasil namun sering juga menemui kebuntuan hingga melahirkan
kebosanan. Keinginan berikut setelah timbul rasa bosan adalah segera pulang.
Kembali ke tempat semula dimana gambar pikiran akan tempat yang indah itu
tercipta. Pada saat semacam ini segala apapun yang terjadi di tempat tujuan
pergi itu menjadi penuh kekurangan. Tidak ada lagi rasa gembira. Ingin segera
pergi. Pulang saja.
Situasi
serba tak menentu inipun lucunya juga terjadi sesampai di rumah. Bayangan akan
tempat indah yang baru saja dituju itu kembali muncul lengkap bersama suasana
indah dan bahagianya. Apalagi ketika ada orang lain yang berbagi cerita
mengenai tempat itu karena dulunya pernah ke sana. Ia akan menceritakan semua
perihal tempat itu dengan bangga dan bahagia. Sementara orang yang baru saja
pulang menjadi menyesal mengapa ia tidak bisa berlaku seperti orang yang
bercerita itu. Ia mencoba menyanggah cerita tersebut dengan mengatakan bahwa
tempat itu biasa-biasa saja. Tapi orang yang bercerita tak kalah serunya
menampik bantahan itu, ia menganggap bahwa orang yang baru saja pulang itu
tidak tahu secara lengkap tempat yang dituju, tidak paham detilnya.
Orang yang
baru saja pulang benar-benar menjadi kecewa karenanya. Ia kembali membangun
dalam pikiran bahwa pada satu saat ia akan kembali menuju tempat itu. Ia ingin
memahami secara detil. Ia ingin bahagia di tempat itu persis seperti apa yang
diceritakan orang tersebut padanya. Ia ingin seperti orang tersebut tanpa tahu
bahwa perasaan yang ia alami sekarang ini sebenarnya sama persis dengan
perasaan orang yang bercerita itu pada saat ia pulang dari tempat tujuan
perginya untuk pertama kali.
Eko Ompong, Jogja-Singapura, 10 Januari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar