Senin, 05 September 2016

Pergi Pertama




Pergi pertama kali ke suatu tempat yang dianggap indah oleh banyak orang pastilah menyenangkan. Jauh sebelum keberangkatan sudah tergambarlah di pikiran bagaimana suasana nantinya. Perasaan gembira dan ketidaksabaran akan datangnya saat pergi menghiasi perasaan. Umbar kata sebagai bentuk pengumuman terlontar pada orang-orang dekat. Lagak tanya juga mungkin tergulir, bukan demi jawaban tetapi sekedar pemberitahuan bahwa ia akan menuju ke tempat itu. Intinya, rasa bahagia akan pergi pertama kali ke tempat yang indah itu tersampaikan pada siapa saja. Semua dilontarkan dengan penuh kebanggaan.

Tetapi, kodrat kehidupan sering berlaku tak seperti yang didugakan. Gambaran dan bayangan dalam pikiran sering tak seperti kenyataan. Foto pikiran sering lebih indah dari warna aslinya. Hal semacam ini sering tidak disadari. Ketika benar-benar terjadi pada kepergian pertama kali itu, rasa bangga yang sudah kuat terbangun tiba-tiba jadi runtuh. Apa yang diharapkan ternyata jauh dari gambaran. Tempat yang indah menurut tutur banyak orang itu ternyata tidak demikian adanya. Jika ini benar-benar teralami, maka kemudian laku membangun suasana bahagia di tempat itu harus dimulai. Intinya adalah berusaha mencoba untuk mengindah-indahkan tempat yang kenyataannya kurang indah itu. Patronnya adalah gambaran dalam pikiran yang semua telah dibangun berdasar anggapan banyak orang itu.

Usaha ini bisa saja berhasil namun sering juga menemui kebuntuan hingga melahirkan kebosanan. Keinginan berikut setelah timbul rasa bosan adalah segera pulang. Kembali ke tempat semula dimana gambar pikiran akan tempat yang indah itu tercipta. Pada saat semacam ini segala apapun yang terjadi di tempat tujuan pergi itu menjadi penuh kekurangan. Tidak ada lagi rasa gembira. Ingin segera pergi. Pulang saja.

Situasi serba tak menentu inipun lucunya juga terjadi sesampai di rumah. Bayangan akan tempat indah yang baru saja dituju itu kembali muncul lengkap bersama suasana indah dan bahagianya. Apalagi ketika ada orang lain yang berbagi cerita mengenai tempat itu karena dulunya pernah ke sana. Ia akan menceritakan semua perihal tempat itu dengan bangga dan bahagia. Sementara orang yang baru saja pulang menjadi menyesal mengapa ia tidak bisa berlaku seperti orang yang bercerita itu. Ia mencoba menyanggah cerita tersebut dengan mengatakan bahwa tempat itu biasa-biasa saja. Tapi orang yang bercerita tak kalah serunya menampik bantahan itu, ia menganggap bahwa orang yang baru saja pulang itu tidak tahu secara lengkap tempat yang dituju, tidak paham detilnya.

Orang yang baru saja pulang benar-benar menjadi kecewa karenanya. Ia kembali membangun dalam pikiran bahwa pada satu saat ia akan kembali menuju tempat itu. Ia ingin memahami secara detil. Ia ingin bahagia di tempat itu persis seperti apa yang diceritakan orang tersebut padanya. Ia ingin seperti orang tersebut tanpa tahu bahwa perasaan yang ia alami sekarang ini sebenarnya sama persis dengan perasaan orang yang bercerita itu pada saat ia pulang dari tempat tujuan perginya untuk pertama kali.

 Eko Ompong, Jogja-Singapura, 10 Januari 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar