Kamis, 01 September 2016

Perayaan



Sebuah perayaan selalu bersifat besar dan meriah. Segala hal yang tak biasa, disiapkan dan direncanakan dengan baik. Perayaan terkait langsung dengan apa dan siapa yang merayakan. Jika sudah dikaitkan dengan siapa yang merayakan, perayaan bisa berwujud lain atau keluar dari rencana semula. Ini bukan karena bertambahnya gagasan atau pernak-pernik untuk lebih meriahnya sebuah perayaan, melainkan berubahnya status perayaan menjadi media eksistensi bagi yang merayakan.

Segala hal yang telah disiapkan untuk perayaan adalah segala hal yang digunakan untuk merayakan si pelaku perayaan. Ia menjadi lebih heboh dari acara yang telah disusun. Ia hadir dengan segala bentuk penilaian atas diri sendiri oleh orang lain, dan itu semua ada dalam kepalanya. Semua seolah didesain untuk menyaksikan dan mengaguminya.

Sehingga pada akhirnya, perayaan beserta maknanya itu sama sekali tidak ada, sebab semua berakhir pada keinginan orang yang merayakan itu. Ialah bintangnya. Ialah tujuan akhirnya. Akan tetapi ia lupa bahwa soal nilai sejati itu tidak pernah bisa direka-reka. Ketika ia mengharap sanjungan dari setiap orang yang datang pada perayaan itu, bisa jadi hanya senyum dan ucapan kekaguman semu. Ketika ia mengharapkan puja, bisa jadi ia hanya menerima segala bentuk kalimat yang maknanya sekedar mengiyakan, padahal sesungguhnya benar-benar menidakkan.

Kalau saja semua yang hadir dan seluruh panitia diperbolehkan jujur, bisa jadi ia mendapat cemoohan atau umpatan karena telah menggunakan perayaan sebagai media eksistensi diri. Kalau sudah begitu, sebuah perayaan tidak akan benar-benar ada, sebab pelaku perayaan bakal tahu apa yang sesungguhnya akan ia dapatkan nantinya.

 Eko Ompong, Tanjungkarang, 4 Mei 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar