Kamis, 01 September 2016

Berkumpul



Kehendak untuk berkumpul bagi manusia itu natural dan naluriah. Tidak lagi peduli pada agenda atau kegiatan yang dilakukan, berkumpul menjadi kewajiban dan semacam ibadah kemanusiaan lumrah. Orang yang tidak mau berkumpul pasti akan dikucilkan atau paling tidak menjadi bahan omongan dan bisa dikatakan sebagai anti sosial atau manusia tak lumrah.

Dalam aktivitas berkumpul ini, penampilan sangatlah diperhatikan. Penampilan ini disesuaikan dengan makna dan tujuan berkumpul. Sering seseorang mematut diri secara suntuk sebelum berkumpul. Bukan hanya sebagai penambah daya tarik semata, namun penampilan sering menandakan kelas sosial atau kedudukan person tersebut dalam kelompok. Juga, penampilan ini bersesuaian dengan makna dan tujuan berkumpul.

Makna orang berkumpul dalam kaitan spiritual pasti berbeda dengan bisnis atau kegiatan edukatif, misalnya. Oleh karena itu penampilan pun menyesuaikan peruntukannya. Dalam setiap makna kumpulan itu kemudian, penampilan masih dibedakan ke dalam posisi atau kedudukan person dalam kumpulan. Antara bos dan anak buah, antara pimpinan ibadat dan umat pastilah berbeda. Semua demi menunjukkan kualitasnya masing-masing. Artinya, secara umum dan kasat mata terdapat kelas dalam penampilan.

Kelas ini sebenarnya menunjukkan peran dan kewenangan personal yang bersangkutan dalam satu perkumpulan. Namun karena kelas ini pula penampilan menjadi tipuan mata yang berujung pada perkiraan penilaian. Penampilan sebagai penanda kelas tidak sebanding dengan kualitas sesungguhnya. Ini yang paling sering terjadi. Untuk mengarahkan perkiraan penilaian orang lain pada kelas yang lebih tinggi bagi dirinya, ia mematut sedemikian rupa penampilan seperti halnya kelas yang diinginkan. Ia sungguh bangga dalam balutan tampilan penanda kelas itu dan mengira bahwa semua orang juga akan menilai bahwa kualitasnya sesuai dengan tampilan.

Karena sifat kumpulan yang organik, pastinya membutuhkan singgungan baik itu fisik, pikiran maupun kejiwaan dalam setiap agendanya. Nah, singgungan ini yang pada akhirnya secara nyata menunjukkan kelas dan kualitas seseorang. Jadi, meski berbalut tampilan penanda kelas, orang itu akan menampakkan kualitas sesunguhnya dalam singgungan-singgungan agenda perkumpulan. Kalau sudah begini, balutan penampilan adalah sebuah kebodohan yang nampak nyata bagi orang lain tapi terlihat sebaliknya bagi person yang tampil.


Eko Ompong, Bejo Café, Jogja, 16 Juni 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar