Kamis, 01 September 2016

Barang



Ketersediaan barang-barang konsumsi terkadang melebihi apa yang sejatinya diinginkan dewasa ini. Di setiap pasar baik itu tradisional maupun modern, etalase aneka benda berjajar memenuhi rasa ingin. Tidak lagi peduli barang itu dibutuhkan atau tidak. Mereka hadir dengan warna-warni memikat hati.

Yang menjadi persoalan dari tumpah ruahnya materi konsumsi adalah bukan hanya bagaimana cara untuk memilikinya, namun juga bagaimana menentukan apa yang selayaknya untuk dimiliki. Keberanekaragaman bentuk dan jenis dengan fungsi yang sama dalam satu benda itu mengharuskan otak untuk berpikir pada ketepatan dan keserasian fungsi, tampilan, dan juga merk dagang. Kebutuhan akan fungsi benda yang diinginkan sering terabai karena pertimbangan bentuk tampilan dan merk dagang.

Agenda memilih dan memilah telah mengambil waktu lebih banyak, sehingga pada akhirnya ketersediaan waktu untuk menentukan menjadi sangat kurang. Pada saat inilah kemudian penentuan itu bergeser dari skala fungsi benda menjadi ukuran penampilan. Kalau sudah begini, yang terjadi berikutnya adalah penyesalan atau kekecewaan akan benda terbeli itu. Namun karena telah terlanjur terbeli sehingga rasa penerimaan yang dipaksakan muncul dengan sendirinya, "Ya sudahlah, terlanjur dibeli. Padahal tadi maunya yang itu, bukan yang ini."

Soal lain lalu muncul tanpa menunggu waktu lama, sebab kehendak pada yang seharusnya mengalahkan rasa penerimaan yang dipaksakan itu. Kehendak ini bahkan seperti teror yang tak bisa lagi ditangkal. Ia mengharuskan untuk segera diwujudkan. Karena daya desakannya yang begitu kuat, maka ia akan mengarahkan kembali pada deretan etalase benda-benda yang seharusnya dibeli itu.

Namun begitu sampai pada tempatnya, bukannya kemudian langsung membeli benda dimaksud, melainkan kembali lagi pada proses awal yaitu memilih dan memilah. Karena untuk yang kedua kalinya, maka kegiatan memilih dan memilah dilakukan dengan lebih teliti sehingga memakan waktu yang lebih lama dari sebelumnya. Oleh karena itu waktu untuk menentukan sangat sedikit, sehingga ketika saatnya tiba, ia tak lagi bisa menentukan karena dilanda kebingungan akibat banyaknya pilihan dan pilahan. Akhirnya, tak ada satupun yang dibeli sehingga rasa kecewa itu tetap ada. Dan proses seperti ini akan senantiasa muncul. Berulang-ulang seakan sulit berhenti.


Eko Ompong, Telukbetung, 2 Mei 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar