Kamis, 01 September 2016

Miskin Sombong



Orang sering berkata sinis dan meninggi nada ketika ada seseorang yang berlaku sombong, sementara menurut takaran keumuman, si orang tersebut tergolong miskin secara ekonomi. “Sudah miskin, sombong lagi!!”, begitu kira-kira.

Hmm.. lalu apa salahnya? Kalaupun mau sombong, mengapa harus menunggu jadi kaya duluan? Bisa jadi orang itu nanti tak akan pernah sombong seumur hidup karena seluruh cerita kehidupannya dijalani dalam kemiskinan ekonomi. Kalau demikian kan nggak akan pernah lengkap kisah perjalanannya. Masak sebagai manusia belum pernah sekalipun sombong. Ahh, terlalu sedih rasanya.

Jadi, agak nggak bener lah orang yang bersinis ria tadi. Sombong itu justru perlu dilakukan ketika sedang miskin atau oleh orang-orang miskin. Bukankah orang miskin itu digambarkan sebagai yang tidak punya apa-apa? Nah, dengan sombong itu ia jadi punya apa-apa. Semacam eksistensi atau penanda dirinya memang ada. Karena sombong pulalah maka ia bisa dengan gagah menatap dunia, termasuk di dalamnya diriku dan dirimu. Lalu   kemudian kita semua menjadi tahu bahwa dia memang benar-benar ada.

Jadi, jika kamu miskin, maka sombonglah! Semakin miskin, semakinlah sombong! Biarkan dunia melihat keberadaanmu! Tetapi jika kamu kaya dan sombong, maka sesungguhnya kamulah yang miskin. Semakin sombong, semakinlah miskin dan itu justru akan menghapus keberadaanmu!


 Eko Ompong, Klidon, 27 Agustus 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar