Kamis, 01 September 2016

Mainan



Anak-anak dalam masa bermain bisa dipastikan akan menggunakan sebuah benda yang ditemuinya sebagai mainan. Semua adalah logis baginya. Tidak peduli dengan bentuk dan fungsi sesungguhnya dari benda itu yang penting bisa mewakili imajinasinya. Batu sebagai mobil, kayu sebagai kereta api, bahkan kerikil sebagai helikopter pun sah-sah saja. Sebab yang nyata itu ada di dalam benaknya. Orang-orang dewasa sering merasa jengkel dengan anak-anak karena hal yang demikian. Mereka sering menjauhkan alat-alat tertentu dari jangkauan anak-anak karena takut disalahgunakan. Jika mendapatkan gunting pasti semua akan dipotongnya tanpa peduli fungsi dari potongan itu, yang penting adalah; gunting itu bisa memotong.

Tetapi, dalam era kemajuan teknologi sekarang ini, sikap dan sifat kanak-kanak semacam itu tiba-tiba saja merasuk dalam diri banyak orang dewasa. Aktivitas menelepon dan mengirim pesan singkat langsung saja menggelora tanpa peduli sisi urgensi ketika seorang dewasa pertama kali memiliki telepon genggam. Ia tiba-tiba terjangkiti demam untuk mencoba semua fungsi yang ada dan lalu berhenti pada fungsi yang paling favorit dan bersifat sosial di mana dia bisa memamerkan persona dirinya yaitu bicara dan tulis-kirim pesan singkat. Seolah ingin memberitahukan pada semua orang bahwa sekarang ia punya mainan baru yang bernama telepon genggam.

Juga pada saat fungsi telepon itu bisa digunakan untuk memotret, semuanya pasti akan ia potret. Tidak peduli objek itu penting atau tidak, artistik atau tidak, masuk akal atau tidak, pokoknya semua yang nampak di depan mata akan dipotretnya. Segala tambahan fungsi yang ada dalam sebuah perangkat menjadi mainan baru bagi orang-orang dewasa ini.

Penting atau tidaknya fungsi itu dalam kehidupan atau dalam bidang kerja yang ia lakoni tidaklah penting. Persis seperti anak-anak yang tidak tahu fungsi potongan hasil menggunting, yang cukup ia tahu hanya menggunting saja. Maka, tidak heran jika banyak orang dewasa yang menyatakan dirinya tidak memiliki akun email tapi memiliki alamat facebook.

Tidak heran bahwa sikap asal unggah foto dan video di dunia maya itu bisa sangat merugikan orang lain dan bahkan dirinya sendiri. Tidak heran pula jika semua fungsi penting itu kemudian hanya sekedar menjadi mainan belaka.

 
Eko Ompong, Chiang Mai - Bangkok, 6 Agutus 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar