Kamis, 01 September 2016

Kami bukan Kamu



Sangatlah umum melihat seseorang memasang gaya ketika ia mendapatkan mandat atau wewenang akan sesuatu dalam kelompok tertentu. Gaya berlakunya tidak seperti biasanya. Penampilan pakaian, cara jalan, dan nada suara dibuat sedemikian rupa untuk mempertajam visualisasi diri yang demikian megahnya. Bahkan jarak dengan anggota kelompok perlu dijaga. Itu semua dilakukan hanya untuk menandaskan kalimat bahwa, “Aku bukanlah seperti kamu sekarang ini.”

Pada mulanya seluruh anggota mengamini hal itu. Mereka memandang dengan kagum dan penuh respek. Dengan sepenuh rela mereka menyediakan telinga untuk mendengar arahan atau order dari sang mandat. Dengan sepenuh sungguh mereka pun mengerjakan apa yang diperintahkan. Semua berjalan sebagaimana mestinya, di mana anggota mengikuti pimpinan.

Namun, visualisasi itu akan segera berpendar ketika timbul banyak masalah atau kendala dalam pekerjaan. Semua anggota pasti akan membawa persoalan itu pada sang mandat untuk mendapatkan pencerahan atau jalan keluar. Tentu saja dengan sepenuh gagah sang mandat memberikan arahan.

Tetapi masalah atau kendala itu seperti halnya setan yang selalu saja muncul, mengganggu ketentraman. Maka kemudian jika arahan atau jalan keluar yang diberikan oleh sang mandat ini tak cukup ampuh, setan masalah akan terus bergentayangan. Akibatnya, semua anggota yang tersetani masalah ini menemu kebingungan yang mengharuskan untuk konsultasi dengan pimpinan. Namun lagi-lagi arahan sang mandat tidaklah manjur. Berkali-kali terjadi hal yang demikian sampai sang mandat berkata, “Aku juga tidak tahu.

Sampai di sini, para anggota mulai memahami bahwa pimpinannya itu hanya sekedar mengenakan pakaian dan sama sekali tidak memiliki jiwanya. Ia hanyalah sosok yang beruntung dan mendapat kepercayaan tak lebih tak kurang. Sama sekali tidak megah.

Dan ketika pada akhirnya para anggota bisa mampu mengurai, menyelesaikan dan bahkan menghentikan kemunculan setan masalah, mereka akan menulis tebal-tebal dalam jiwa bahwa, “Kami sesungguhnya bukanlah seperti kamu.


Eko Ompong, Bandung, 30 Juli 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar