Kamis, 01 September 2016

Imajinasi Demam



Secara umum diyakini bahwa satu karya kreatif dimulai dari imajinasi. Artinya, pikiran membuat gambaran-gambaran abstrak sekaligus mengasosiasi dan mengkristalisasikannya menjadi apa yang disebut gagasan. Barulah kemudian melalui serangkaian proses kerja ia mewujud ke dalam bentuk konkret. Untuk itu kemudian didengungkan bahwa anak atau orang yang miskin imajinasi menjadi pasif, penerima, dan sama sekali jauh dari kata kreatif. Beberapa cara, teknik dan metode melalui seminar atau ceramah ilmiah menggaungkan pentingnya imajinasi sebagai landasan kreasi, bahkan pada bidang ilmu keras. Contoh yang umum dan melegenda adalah sejarah hidup dan karya Leonardo da Vinci yang begitu memesona.

Namun, membangkitkan imajinasi bagi sebagian besar orang tidaklah mudah. Kesuntukan agenda hidup sehari-hari yang pragmatis telah mengubah pikiran menjadi mekanis, sehingga imajinasi tidak lagi dianggap perlu, sebab toh hidup ini nyata. Tetapi di sisi lain, keinginan membangkitkan imajinasi – yang kemudian secara gagah ditambahi menjadi imajinasi kreatif – merupakan keniscayaan. Ia dikatakan mampu menjawab tantangan hidup masa datang di mana kompetisi semakin ketat. Oleh karena itu, yang tidak punya daya cipta baik itu dalam bentuk barang atau jasa akan termarjinalisasi.

Tetapi sekali lagi, membangkitkan imajinasi bukanlah perkara yang mudah kecuali ketika sedang mengalami demam tinggi. Panas tubuh yang berada di atas normal itu kemudian dengan sendirinya mengacaukan otak. Membuat jaring-jaring pikiran tak lagi linier. Ia akan melompat-lompat dan lepas dari nilai-nilai logika. Gambar-gambar abstrak bermunculan dengan bebasnya. Semuanya unik dan mengandung berjuta rasa. Bahkan dalam panas yang lebih tak terkendali, ia akan mewujud dalam racauan yang menabrak batas ruang dan waktu. Benar-benar memuntahkan jutaan imajinasi yang disebut-sebut sebagai landasan kreasi.

Mungkin saja satu saat nanti akan muncul metode demam sebagai pembangkit imajinasi di mana sang mentor membawa serangkaian mesin yang mampu membangkitkan demam, merekam imajinasi-imajinasi yang muncul dalam panas tubuh tertentu, dan setelahnya menghentikan demam itu. Kemudian ia mengasosiasi, mengkristalisasi, menyusun, dan mengklasifikasi gagasan-gagasan atas dasar imajinasi-imajinasi itu.

Wah, kalau ada, pasti itu sangatlah menarik. Namun bagaimana pun juga, aku tak mau ambil bagian di dalamnya baik sebagai mentor ataupun peserta.


Eko Ompong, Cengkareng, 20 April 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar