Sabtu, 03 Mei 2025

Mengenai Penderitaan

Menarik membaca sekilas tulisan Mark Manson dalam bukunya Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat. Sebagai pembuka ia menampilkan kisah Charles Bukowski yang tetap melakoni hidup sebagaimana dirinya dahulu yang brengsek meskipun sudah terkenal dan sukses. Kisah keterkenalannya juga tidak berjalan lumrah karena Bukowski selalu saja seenaknya sendiri, melakoni hidup sekehendak hatinya, di dalam menyusun karyanya ia tidak pernah berusaha untuk menyenangkan orang lain, terutama para pengkritik. Intinya, ia tidak pernah mau berusaha membuat karya yang menurut pandangan orang lain itu bagus, indah, dan sopan sehingga diminati. Bahkan, ketika karya-karya tulisnya selalu ditolak penerbit ia tetap tidak mengubah gaya tulisannya. Dan ketika pada akhirnya karyanya banyak diminati, karena ada seseorang yang tertarik untuk memasarkannya, ia pun tetap hidup seperti sedia kala, “masa bodoh” dengan hal-hal yang tak penting baginya. Keterkenalan dan kekayaan tidak mengubah dirinya. Ia seolah-olah mengatakan bahwa, jalan untuk sukses, adalah “jangan berusaha”. 


Kisah ini meletupkan gagasan Manson, bahwasanya berusaha dan tidak berusaha pada intinya sama-sama memuat penderitaan di dalamnya. Sama-sama memiliki sisi negatif. Dan karena itu ia memilih untuk menyarankan para pembacanya agar seperti Bukowski, “masa bodoh” dengan hal yang tak penting. Karena bagaimanapun juga “masa bodoh” itu juga merupakan satu usaha yang tidak semua orang bisa melakukannya. Lebih jauh ia menjelaskan bahwa, orang yang tak mau berusaha keras, dalam arti hanya melakoni hidup apa adanya namun tidak menggantungkan nasib pada orang lain sekaligus tidak merisaukan pandangan orang, mungkin akan dianggap negatif. Namun, orang yang sungguh-sungguh berusaha keras untuk mencapai sesuatu, kebahagiaan misalnya, justru dapat menjadi negatif karena usahanya yang keras itu melahirkan banyak penderitaan yang mesti dilalui di dalamnya. Penderitaan yang harus ia terima atas usahanya mencapai kebahagiaan itu.

Mungkin sedikit banyak terkesan lucu apa yang disarankan oleh Manson itu. Namun, banyak fakta di kehidupan ini yang mempertontonkan seseorang dapat mencapai kesuksesan, berada di puncak karir, memliki banyak properti tapi keluarganya tidak bahagia. Banyak juga kita jumpai orang yang hidupnya terlihat kekurangan secara ekonomi namun berkeluarga bahagia. Kita juga pernah mendengar orang tua berusaha keras menyekolahkan anaknya agar sukses, namun ketika hal itu tercapai justru si anak melupakan orang tuanya. Kita juga pasti pernah mendengar anak-anak yang teramat nakal ketika remaja sehingga menyusahkan orang tuanya justru mampu membalik keadaan ketika dewasa. Di dalam politik juga seringkali terlihat bagaimana  figur yang terlihat pandai, sopan, dan bijak itu merebut puncak kekuasaaan dengan menyingkirkan lawan, bahkan teman dari dalam dan luar golongan dengan cara-cara yang lembut namun cukup sadis.

Pada akhirnya, akan selalu ada penderitaan di dalam kehidupan manusia. Sehebat apapun kita menghindarinya, ia akan datang senantiasa dalam saat, bentuk, dan sifat yang berbeda. Jadi, karena kita tidak akan pernah bisa menghindar dari penderitaan, maka kita perlu menerima derita itu menjadi bagian dari diri kita. Penerimaan ini akan menyadarkan bahwa kita tidak perlu melihat kepada kesukseskan, kekayaan, dan segala hal yang ada pada orang lain, karena toh di sisi yang lain mereka juga memiliki penderitaan. Oleh karena itu, kita perlu bersikap “masa bdoh” atas hal-hal yang tak penting bagi kita karena kita juga memiliki penderitaan kita sendiri yang perlu kita terima dengan segenap kesadaran. (**)

Kolbano Coffee & Eatery, 030525


Tidak ada komentar:

Posting Komentar