Rabu, 08 April 2020

Rantai Musibah-Hikmah


Orang banyak bilang, “pasti ada hikmah di balik musibah”, dan hampir semua orang mengamini hal ini. Selalu ada sesuatu di balik sesuatu. Di dalam penderitaan selalu ada pelajaran yang dapat diambil, diresapi, dan kemudian diolah menjadi tips atau cara mencegah penderitaan berikutnya. Hikmah selalu berkaitan dengan kesadaran yang membimbing pada perbuatan. Jika hikmah hanya mengena pada kesadaran, maka bisa jadi tak lama waktu kemudian akan terlupakan. Namun, hukum alam yang dikata sebagai sebab-akibat itu pun akan melahirkan lingkaran berantai bagi musibah dan hikmah ini. 

Di dalam kasus pandemi Covid-19 ini, semua manusia mendapatkan hikmah pentingnya hidup sehat seraya membatasi diri demi mencegah luas-edarnya virus. Untaian kesadaran atas hikmah ini kemudian diwujudkan dalam berbagai macam laku yang tak menunggu waku lama menjadi semacam panduan khas yaitu mencuci tangan,  jaga jarak sosial, kerja dari rumah, dan lockdown. Orang-orang kemudian dengan suka-rela, tertib dan patuh melakukan hal tersebut – termasuk pemerintah. Namun demikian, apa yang dilakukan ini tidak kemudian tak berdampak. Hukum sebab-akibat alam itu selalu juga akan mengambil perannya. Hal ini mesti diingat agar tidak terjadi laku berlebihan, karena laku berlebihan merupakan salah satu shortcut menuju sebab-akibat. 

Dalam panduannya, mencuci tangan harus dilakukan dengan menggunakan sabun di air mengalir selama 20 detik. Jika suka-cita melakukan hal ini dilakukan banyak orang dengan frekuensi tinggi secara harian, maka bisa dibayangkan berapa air bersih yang akan terbuang. Daerah dengan persediaan air bersih terbatas akan segera kehabisan dan tidak bisa melayani apa yang dibutuhkan. Panduan jaga jarak sosial, kerja dari rumah, dan lockdown menjadi satu kesatuan yang memiliki dampak luar biasa. Jika tidak dipikirkan cara pelaksanaannya dengan baik, maka panduan ini bisa-bisa melahirkan pengangguran dan kelaparan masal. Bekerja dari rumah hanya bisa dilakukan oleh sejumlah pekerjaan tertentu, jadi tidak bisa semua orang melakukannya. Orang bisa selalu menjaga jarak jika ia lebih banyak tinggal di rumah, di lingkungan dengan populasi proporsional, sementara hal itu belum tentu bisa dilakukan bagi orang-orang yang tinggal di lingkungan kumuh nan padat. Jika lockdown dilakukan ketat sehingga siapapun harus mematuhinya, maka harus ada jaminan keberlangsungan hidup (tempat tinggal, makan, dan pakaian) selama aturan itu berlangsung kalau tidak tentu akan menjadi arena bunuh diri bersama bagi kelompok orang tertentu. Pada akhirnya, hikmah yang lahir dari musibah itu, jika salah dalam lakunya, dapat melahirkan musibah baru sebagai rantai sebab-akibat.

Untuk itu, apa yang mesti dilakukan adalah pelambatan jalan menuju rantai sebab-akibat melalui kesadaran. Dimulai dari kesadaran diri sendiri yang mesti ditumbuhkan dalam empat kegiatan sebagai laku hikmah tersebut. Cuci tangan yang bisa dilakukan mestinya melahirkan kesadaran untuk berbagi air bersih dengan yang lain melalui hemat penggunaan air. Jaga jarak sosial yang bisa dilakukan mestinya melahirkan kesadaran bahwa belum tentu semua orang tinggal di tempat tak kumuh dan tak padat penduduk. Bekerja dari rumah yang dapat dilakukan mestinya melahirkan kesadaran bahwa tidak semua orang memiliki penghasilan dengan hanya berdiam di rumah. Karantina ketat yang bisa dilakukan mestinya melahirkan kesadaran bahwa tidak semua orang memiliki tempat tinggal apalagi ditambah persediaan bahan makan memadai. 

Kesadaran-kesadaran yang terlahir atas laku hikmah itu ini mesti mewujud dalam tindakan nyata. Hal paling konkrit adalah dengan cara berbagi apa yang kita miliki dan bisa kita lakukan. Tindakan berbagi sebagai wujud dari kesadaran yang terlahir karena pelaksanaan hikmah itu merupakan salah satu pokok dari nilai kemanusiaan manusia. Karena pada dasarnya, tidak ada satu manusiapun yang sanggup hidup sendiri, sehebat apapun dia. Semua yang ada pada dirinya juga tak melekat selamanya karena di dalam hukum sebab-akibat, keberadaan akan mengarah pada ketiadaan, cepat atau lambat. (**)

Rumah, 080420

2 komentar: