Yuval Noah Harari melalui bukunya, Sapiens Riwayat Singkat Umat Manusia[*],
memperkirakan terjadinya kiamat Sapiens. Bahasa umumnya adalah berakhirnya
sejarah umat manusia. Bencana ini terjadi dimulai dengan tidak lagi diperlukannya
banyak tenaga manusia dalam tata kehidupan. Revolusi industri 4.0 yang
kemajuan, produksi, penggunaan, dan persebarannya semakin masif dan cepat itu dapat
dianggap sebagai tanda. Pada masa sekarang dan ke depan, peran-peran penting
manusia tergantikan alat-alat yang memiliki kecerdasan buatan atau robot. Hanya
beberapa pekerjaan yang memang benar-benar membutuhkan perasaan manusia yang
sulit tergantikan seperti perawat dan seniman, itupun pada akhrinya akan
terbuang. Namun bukan hanya itu saja, banyak hal lain yang sekiranya sangat
mencengangkan bakal terjadi dalam masa depan Sapiens.
Buku Harari ini banyak diperbincangkan
karena ditulis dengan cerdas, mudah dipahami, dan di satu sisi terasa mengkhawatirkan
– untuk tidak menyebutnya sebagai menakutkan. Uraiannya yang gamblang
benar-benar menohok pikiran manusia. Di dalam sejarahnya, manusia mengalami 3
revolusi besar yaitu revolusi kognitif, revolusi pertanian, dan revolusi sains.
Revolusi kognitif menggambarkan mulai digunakannya akal pikiran manusia dalam mempertahankan
dan mengembangkan kehidupannya. Alat-alat untuk bertahan hidup mulai diciptakan
sehingga kehidupan berpindah dapat dipertahankan. Dari seluruh spesies homo
yang ada, akhirnya hanya Sapiens yang
bertahan – termasuk dikarenakan mampu melewati bencana alam dahsyat - dan
mengalami revolusi ini dalam waktu yang panjang
Revolusi pertanian pada perjalanan waktu
berikutnya membawa perubahan besar sejarah Sapiens dengan dimulainya hidup
secara menetap dengan mencukupi kebutuhan pangan melalui bercocok tanam.
Keberlangsungan hidup menetap yang dibarengi kemajuan pikiran ini seolah
menandaskan bahwa manusia bisa menjadi penguasa alam, di mana manusia tak perlu
lari menghindari keganasan alam. Namun Harari dengan mengagumkan menyadarkan
kita bahwa sesungguhnya manusialah yang terjajah oleh alam. Kondisi hidup
menetap pada akhirnya membuat manusia banyak bergantung pada tanaman tertentu,
misalnya gandum dan beras. Dua tanaman ini kalau disadari justru yang menjajah
umat manusia dewasa ini karena tanpanya manusia menjadi tak berdaya. Fisik
manusia yang mana struktur tulangnya secara hakiki memungkinkan untuk bergerak
aktif dalam melangsungkan kehidupan justru dimatikan secara sengaja oleh
manusia itu sendiri demi hidup menetap. Tidak banyak gerak dan pergerakan yang
dilakukan oleh manusia dalam melangsungkan kehidupannnya. Akhirnya, struktur
tulang yang sebenarnya memungkinkan manusia bergerak gesit seperti binatang
pemburu dan penjelajah itu hampir tidak difungsikan sebagaimana mestinya.
Bahkan demi hidup menetap ini, banyak
peperangan tercipta dan penguasaan atas daerah menjadi simbol penaklukan antarmanusia.
Sejarah manusia kemudian dilakoni di antara perang dan imperium yang lahir
karenanya. Semua demi hidup menetap, demi menguasai daerah yang bisa didiami dengan
segala sumber daya alam yang ada. Perang dan imperium memang dapat dikatakan
menghancurkan peradaban, namun di sisi lain juga membangun peradaban baru.
Akulturasi budaya, tukar ilmu dan kepintaran berkembang dalam upaya
mempertahankan kehidupan manusia. Dari sinilah kemudian ilmu pengetahuan dan
teknologi merebak sehingga manusia mampu mempertahankan dirinya selama revolusi
pertanian ini berlangsung.
Perkembangan pesat ilmu pengetahuan pada
akhirnya membawa manusia kepada revolusi sains. Kekacauan, ketidaknyamanan, dan
segala macam kekurangan serta keinginan untuk mempertahankan hidup di masa
depan coba dicari jawabnya melalui sains. Di dalam sains ini manusia merasa
berkehendak berada di atas atau tak perlu lagi mengikuti hukum alam yang selama
ini membatasi kehidupan. Terutama adalah perihal kebahagiaan manusia yang
dibatasi oleh hukum biologi di mana pada akhirnya seseorang akan mati juga. Pikiran-pikiran
untuk memperpanjang hidup kemudian mulai membuncah dan usaha-usaha atasnya
dituangkan dalam Projek Gilgamesh. Sebuah projek revolusi sains yang bertujuan
memberikan keabadian hidup bagi umat manusia.
Rekayasa genetika menjadi bagian dari
usaha keras ini dengan mencoba memproduksi alat-alat biologis manusia sehingga
bisa menggantikan yang rusak. Rekayasa ini sudah lama berjalan dalam sejarah
manusia dan masa sekarang capaiannya semakin mencengangkan. Berikutnya adalah
usaha untuk mengurai DNA makhluk hidup dengan harapan besar bisa menghidupkan
lagi Neanderthal – saudara Sapiens – sebagai tanggungjawab atas kepunahannya
pada masa lalu. Jika ini berhasil, maka manusia bisa menciptakan manusia baru
dari sub spesies berbeda. Usaha lain adalah menciptakan kehidupan bionik yang
memadukan organ dan non-organ dalam diri manusa (cyborg). Selanjutnya adalah menciptakan kehidupan lain yang sama
sekali tidak bergantung pada organ seperti virus komputer atau komputer (robot)
itu sendiri yang dengan kecerdasan buatan bisa memperbaiki dan bahkan mengembangkan
kemampuannya sendiri. Wujud nyata atas usaha-usaha ini belum telihat – atau
mungkin malah tak terpikirkan - oleh banyak manusia sekarang, namun cukup
tergambarkan dalam novel Mary Shelly tahun 1818 yang berjudul Frankenstein. Ketika hal ini pada akhirnya ternyatakan,
maka akan muncullah makhluk-makhluk baru baik organik, non-organik, maupun
campuran yang tak lagi bisa dikategorikan sebagai Sapiens. Pada masa itulah
sejarah Sapiens (manusia) mesti berakhir. Singgasananya digantikan oleh yang
lain.
Hampir tidak ada yang bisa diperbuat oleh
manusia untuk menahan laju revolusi sains ini. Harari dalam akhir bukunya
memberikan catatan bahwa satu-satunya yang bisa dilakukan adalah mempengaruhi
arah kebijakan yang diambil para pelaku revolusi sains. Karena manusia mungkin
tidak lama lagi akan merekayasa hasrat-hasratnya sehingga bukan lagi
pertanyaan, “Kita ingin menjadi apa?”, melainkan, “Kita ingin menginginkan apa?”.
Satu pertanyaan yang ngeri untuk dibayangkan bagi yang memikirkannya dengan
baik. (**)
Rumah,
28-29/03/19
[*] Yuval Noah Harari. 2018. Sapiens Riwayat Singkat Umat Manusia.
Jakarta: PT Gramedia.
(Buku ini pertamakali diterbitkan di Israel pada tahun 2011
dalam bahasa Hebrew, diterjemahkan dalam bahasa Inggris pada tahun 2014 dan
diterbitkan oleh PT Gramedia dalam bahasa Indonesia pertama kali pada bulan
September tahun 2017.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar