Setiap orang wajib menyelenggarakan hidupnya. Untuk itulah mereka bekerja. Beragam jenis pekerjaan dapat dilakukan demi hidup berkelanjutan selama pekerjaan itu tidak merugikan atau mematikan orang lain. Prinsip bekerja adalah upaya untuk menyokong perkembangan alamiah manusia dari lahir, kawin, beranak-pinak, dan meninggal secara layak. Bekerja dengan demikian memiliki nilai yang cenderung personal. Di atas nilai ini adalah pengabdian, di mana yang akan dicapai bukan hanya untuk menyokong kelangsungan hidup diri sendiri melainkan juga untuk menyokong peri kehidupan manusia lainnya. Di dalam masyarakat primitif kata bekerja dan pengabdian ini mungkin tidak dipisahkan karena bekerja itu tidak hanya untuk diri sendiri melainkan untuk seluruh kaum. Nilai hidup komunal menjadi anutan. Hak-hak inidvidual atau previlese diberikan kepada individu khusus semisal kepala suku atau tetua adat dan dukun. Namun demikian, individu khusus inipun memiliki pengabdian tersendiri untuk kaum itu sesuai kapasitasnya. Intinya, segala hal dilakukan untuk kepentingan bersama. Di dalam tata kehidupan modern, hak-hak individu ini dipisahkan dari hak dan kewajiban sosial dan bernegara secara tegas. Dari sudut pandang ini, nilai pekerjaan menjadi berbeda dengan nilai pengabdian. Yang pertama adalah hak dan kewajiban perseorangan untuk meneruskan kehidupan diri sendiri dan yang kedua adalah hak dan kewajiban seseorang untuk menyelenggarakan kehidupan pribadi sekaligus membantu orang lain mengoptimalisasi diri dalam penyelenggaraan hidup. Dengan demikian makna (kuantitatif dan kualitatif) bekerja dan mengabdi itu jelas sekali berbeda. Karena perbedaan ini dan karena pentingnya memajukan kehidupan bersama, negara modern menggunakan uang pajak warga negara untuk merekrut pegawai pengabdi. Para pegawai ini memilki tanggung jawab untuk membantu kehidupan orang lain sesuai bidang yang dikuasai. Artinya, fokus utama mereka adalah mengabdi. Oleh karena itulah, orang-orang yang berada di posisi ini semestinya tidak mementingkan diri sendiri. Apa yang mereka lakukan dengan baik dan benar bukanlah prestasi melainkan kewajiban. Sudah seharusnya seperti itu. Namun dewasa ini, makna pengabdian ini justru lesap terlalu dalam kepada makna pekerjaan. Akibatnya, apa yang semestinya dilakukan demi orang lain menjadi untuk diri sendiri. Apa yang semestinya kewajiban menjadi prestasi yang rewardnya juga untuk kepentingan diri sendiri. Jadi dalam realitas keseharian mereka itu bekerja namun dikonfirmasikan sebagai sebuah pengabdian. Bahkan secara sadar makna bekerja ini dihayati sepanjang waktu dan lupa dengan makna mengabdi. Karena pekerjaan lebih untuk diri sendiri, maka perubahan yang terjadi dalam hidup mereka hanyalah kuantitatif. Jadi tidaklah perlu heran jika kehidupan mereka dewasa ini meningkat secara kuantitatif namun menyedihkan secara kualitatif. Karena pekerjaan dianggap sebagai pengabdian, maka kuantitatif pun dianggap sebagai kualitatif dan mereka dengan bangga merasa telah menunaikan tugas mulianya. (**)
Starbucks Coffee, Jl. Solo, 190818
Starbucks Coffee, Jl. Solo, 190818
Tidak ada komentar:
Posting Komentar