Minggu, 05 Agustus 2018

Bingung dan Berkelit

Tidak banyak orang yang mampu mempertahankan kebenaran dengan segala kesadaran. Mungkin karena menegakkan kebenaran itu secara implisit juga mengharuskan pengakuan atas kesalahan. Artinya, dengan berkeyakinan pada kebenaran tersadari, maka segala kesalahan yang terjadi semestinya dikoreksi. Bahkan ketika kesalahan itu dilakukan oleh diri sendiri. Namun, orang yang mempertahankan kebenaran itu seringkali menyembunyikan kesadaran dengan menganggap dirinya adalah kebenaran itu sendiri. Ia dengan demikian berada di luar penilaian namun boleh menilai. Soal menjadi pelik ketika anggapan akan kebenaran yang melekat dalam diri ini berseberangan ukuran antara kelompok satu dengan yang lain. Semuanya mau menilai pihak lain sebagai salah dan pihak sendiri sebagai benar. Ketika kesalahan benar-benar terjadi atau dilakukan, segera kebingungan melanda. Bukan bingung atas kesalahan yang terjadi dan mengapa bisa terjadi, melainkan bingung ketika pihak (kelompok) lain mengetahui kesalahan itu. Segera saja narasi pembenaran dengan beragam latar belakang pemikiran diungkapkan untuk menyembunyikan kesalahan dan mengubahnya (seolah-olah) menjadi kebenaran. Berkelit menjadi senjata, bukan introspeksi. Apalagi ketika pihak lain mengumumkan kesalahan itu, maka kelitan yang dilakukan berubah menjadi bangunan konsep pengubah nalar umum sehingga umum menganggap bahwa yang salah adalah yang mengumumkan kesalahan itu. Pola komunikasi publik semacam inilah yang menghiasi media sosial politik kita sekarang ini. Jadi ada baiknya menjaga kesadaran sendiri sehingga kewarasan betah menetap dan selalu bisa menertawakan tontonan akrobat nalar yang cenderung lucu sekaligus menyedihkan. Selamat menyaksikan! (**)

Jalan Solo, 050818

Tidak ada komentar:

Posting Komentar